Sekilas Info
Kontribusi dari Anggelina Rentika Karolina, 22 Juli 2025 14:12, Dibaca 72 kali.
MMCKalteng - Pangkalan Bun - Di Desa Sambi, Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat, berdiri sebuah monumen bersejarah yang menjadi saksi bisu peristiwa penting dalam perjalanan bangsa. Monumen ini dikenal sebagai Tugu Palagan Sambi, tempat bersejarah yang menandai operasi penerjunan militer pertama Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) pada 17 Oktober 1947.
Saat itu, usia kemerdekaan Indonesia baru menginjak tiga tahun. Namun, perjuangan belum usai. Belanda kembali melancarkan serangan lewat Agresi Militer I, dan wilayah Kalimantan khususnya Kotawaringin menjadi salah satu target mereka.
(Baca Juga : Suara Masa Depan)
Untuk menghadapi ancaman itu, Gubernur Kalimantan Mohammad Noor, menggagas aksi infiltrasi militer ke Kalimantan. Ia meminta dukungan dari AURI yang kala itu dipimpin Suryadarma, guna menyiapkan pasukan khusus yang akan diterjunkan langsung ke medan operasi.
Setelah melewati proses pelatihan, terpilihlah 13 prajurit pilihan di bawah komando Tjilik Riwut, pejuang asal Kalimantan. Mereka diutus membawa misi penting memperkuat perlawanan rakyat Kalimantan dan membuka jalur komunikasi rahasia di tengah blokade Belanda.
Dengan seluruh jalur laut dan sungai yang dikuasai oleh tentara Belanda yang dikenal sebagai Netherlands Indies Civil Administration (NICA) misi penerjunan menjadi satu-satunya cara bagi pasukan Indonesia untuk masuk ke Kalimantan. Pasukan NICA ini bukan hanya terdiri dari orang Belanda, tetapi juga para prajurit yang direkrut dari Afrika Barat sejak abad ke-19. Mereka dibawa ke Hindia Belanda, dilatih sebagai tentara, dan dimasukkan ke dalam Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL). Karena status mereka disamakan dengan tentara Belanda, masyarakat menyebut mereka “Londo Ireng” atau Belanda Hitam.
Tentara Belanda, yang bersenjata lengkap, menjadi alat utama Belanda dalam menghadapi perlawanan rakyat Indonesia. Ironisnya, mereka sering dihadapkan dengan penduduk Bumiputra yang justru dijadikan lawan oleh sesama anak negeri. Dalam kondisi itulah, pasukan Indonesia harus mencari jalur udara sebagai satu-satunya celah untuk masuk ke Kalimantan. Maka, pada dini hari 17 Oktober 1947, prajurit pilihan diterbangkan dari Lanud Maguwo, Yogyakarta, menggunakan pesawat Dakota RI-002 yang dipiloti oleh Robert Earl Freeberg, seorang sukarelawan asal Amerika Serikat.
Sesuai rencana, mereka akan mendarat di Lapangan Sepanbiha, Rantau Pulut (Seruyan). Namun karena malam yang gelap, mereka justru terjun di sekitar Kampung Sambi, Kotawaringin Barat. Inilah yang kemudian tercatat dalam sejarah sebagai penerjunan militer pertama yang dilakukan oleh AURI di wilayah Indonesia.
Meski terjun di tempat yang tidak direncanakan, seluruh 13 prajurit berhasil terjun dengan selamat saat mendarat di tengah belantara Kalimantan. Penerjunan itu memang tidak berjalan mulus. Banyak di antara mereka yang terperangkap di rimba lebat Desa Sambi, Kecamatan Arut Utara. Setelah bertahan 35 hari di hutan, keberadaan mereka akhirnya diketahui oleh tentara Belanda. Bentrok pun tak terhindarkan. Tiga penerjun Iskandar, Achmad Kosasih dan Hari Hadisoemantri gugur dalam pertempuran, sementara sisanya berusaha menyelamatkan diri.
Salah satu bentuk penghargaan atas perjuangan para pahlawan ini diwujudkan dalam pembangunan Monumen Palagan Sambi lengkap dengan pesawat C-47 Dakota RI-002 pesawat bersejarah yang digunakan dalam operasi penerjunan tersebut. Monumen ini didirikan oleh masyarakat Kotawaringin Barat sebagai bentuk penghormatan kepada para pasukan terjun payung pertama RI yang berjuang merebut kembali Pulau Kalimantan dari tangan penjajah Belanda. Monumen ini bukan hanya menjadi tugu peringatan, tetapi juga simbol semangat perjuangan yang pantang menyerah
Kini, Monumen Palagan Sambi bisa dikunjungi gratis oleh siapa saja, baik wisatawan maupun masyarakat lokal. Letaknya yang berada di pusat Kota Pangkalan Bun, berdampingan dengan Pangkalan Bun Park, membuat akses ke lokasi ini sangat mudah. Selain sebagai spot wisata, monumen ini juga menjadi pengingat bagi generasi muda Indonesia bahwa kemerdekaan yang kita nikmati hari ini lahir dari keberanian dan pengorbanan nyata para pejuang bangsa. (MTD/Edit:ARK)
Merupakan salah satu kontributor di Multimedia Center Provinsi Kalimantan Tengah.