Mewakili Gubernur Kalteng, Sahli Pemkumpol Buka Simposium Nasional Guru Sejarah Indonesia VII: Dorong Integrasi Filosofi Huma Betang dalam Kurikulum Sejarah Nasional

Kontribusi dari ADMIN, 31 Oktober 2025 10:48, Dibaca 117 kali.


MMCKalteng - Palangka Raya - Seminar Nasional Simposium Nasional Guru Sejarah Indonesia VII Tahun 2025 dengan mengusung tema Semarak Sejarah dan Budaya Sebagai Jembatan Menuju Indonesia Emas yang diselenggarakan oleh Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) resmi dibuka oleh Gubernur Kalimantan Tengah Agustiar Sabran yang diwakili oleh Staf Ahli Gubernur Bidang Pemerintahan Hukum dan Politik Darliansjah, di Aula Hotel Neo, Palangka Raya, Kamis (30/10/2025).

Gubernur Kalimantan Tengah Agustiar Sabran melalui Staf Ahli Gubernur Bidang Pemerintahan, Hukum, dan Politik, Darliansjah, menekankan pentingnya peran guru sejarah sebagai penanam nilai kebangsaan dan pembentuk karakter generasi muda.

(Baca Juga : 68 Tahun Kalteng Harmoni Tradisi dan Modernisasi di Puncak Perayaan Hari Jadi)

“Sejarah menanamkan nilai luhur para pendiri bangsa, membangkitkan semangat gotong royong dan nasionalisme, serta mengajarkan kita untuk mengambil pelajaran dari keberhasilan dan kegagalan generasi terdahulu,” ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa setiap keputusan pembangunan di daerah harus berakar pada identitas dan kearifan lokal masyarakat setempat.
“Kebijakan pembangunan hendaknya berpijak pada nilai dan jati diri daerah, karena di sanalah letak kekuatan karakter bangsa,” tambahnya.

Menurutnya, guru sejarah memiliki peran penting dalam menjaga kesinambungan nilai-nilai tersebut agar tidak tergerus oleh arus modernisasi.
“Guru sejarah berperan menanamkan kesadaran sejarah, agar generasi muda tidak kehilangan arah dan tetap menghargai jati diri bangsa di tengah derasnya perubahan zaman,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia mengingatkan pentingnya melestarikan sejarah dan budaya lokal sebagai bagian integral dari pembentukan karakter bangsa.
“Melestarikan sejarah dan budaya lokal berarti menjaga akar moral bangsa. Nilai-nilai lokal seperti Huma Betang adalah fondasi yang relevan untuk menjawab tantangan zaman modern,” tuturnya.

Darliansjah juga menegaskan bahwa filosofi Huma Betang mencerminkan nilai-nilai persatuan dan toleransi yang perlu terus diwariskan kepada generasi muda.
“Kearifan lokal Huma Betang adalah rumah persatuan. Di dalamnya terkandung nilai toleransi, kerukunan antarumat beragama, dan semangat gotong royong yang diwariskan para leluhur,” ungkapnya.


Ia menambahkan, tujuan utama kegiatan simposium ini adalah menciptakan forum nasional bagi para guru sejarah untuk saling berbagi gagasan dan pengalaman.
“Simposium ini menjadi wadah pertukaran ide bagi guru sejarah se-Indonesia agar lahir pemikiran baru dalam memperkuat integrasi sejarah daerah, termasuk filosofi Huma Betang, ke dalam kurikulum nasional,” paparnya.

Kegiatan ini juga bertujuan meningkatkan kompetensi profesional guru sejarah agar mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan perubahan kurikulum.
“Guru sejarah dituntut untuk inovatif, melek teknologi, dan mampu mengaitkan sejarah dengan realitas masa kini agar pembelajaran menjadi menarik dan relevan,” tambahnya.

Simposium Nasional Guru Sejarah Tahun 2025 ini diikuti 100 peserta yang terdiri atas guru sejarah dari 34 provinsi, akademisi, peneliti, dan mahasiswa.
“Kami bersyukur kegiatan ini mendapat dukungan luas. Sebanyak 25 panitia pusat dan daerah telah bekerja sejak Juli 2024 untuk memastikan seluruh rangkaian acara berjalan lancar,” terangnya.

Kegiatan berskala nasional ini menjadikan Palangka Raya sebagai tuan rumah para penggerak literasi sejarah bangsa selama empat hari, mulai 30 Oktober hingga 2 November 2025. Para peserta akan mengikuti berbagai kegiatan, termasuk sesi diskusi ilmiah, lokakarya, dan lawatan sejarah daerah.

“Kehadiran para guru sejarah dari seluruh Indonesia di Palangka Raya menjadi kebanggaan tersendiri bagi Kalimantan Tengah. Ini bukti bahwa Kalteng turut berkontribusi dalam memperkuat literasi sejarah nasional,” ucapnya.

Kegiatan juga dirangkaikan dengan pelantikan pengurus Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Provinsi Kalimantan Tengah beserta pengurus kabupaten/kota se-Kalteng.
“Pelantikan pengurus AGSI diharapkan memperkuat peran organisasi di daerah, sekaligus membangun sinergi antara dunia pendidikan dan pemerintah dalam mengembangkan pembelajaran sejarah,” pungkasnya.


Tampak hadir Dirjen Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia Restu Gunawan, Direktur Direktorat Sejarah dan Permuseuman Agus Mulyana, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIII Kaltengsel Riris Purbasari, serta Presiden Asosiasi Guru Sejarah Indonesia Sumardiansyah Perdana Kusuma. (MTD/Foto:FDA)

 

 

ADMIN

Merupakan salah satu kontributor di Multimedia Center Provinsi Kalimantan Tengah.

Berita Lainnya
Berita Terbaru
Radio Corner

Facebook