Besei Kambe, Berawal Dari Sebuah Legenda Mistik

Kontribusi dari Martiana Winarsih, 28 Juni 2019 08:02, Dibaca 29 kali.


MMCKalteng - Palangka Raya – Empat orang terlihat duduk dalam satu perahu berukuran panjang tidak kurang dari 5 meter. Anehnya, dari ke empat orang ini terlihat duduk berlawanan atau menghadap kedua ujung perahu. Dua orang menghadap ke ujung perahu yang satu dan dua orang lagi menghadap ke ujung perahun satunya lagi. Katakan saja mereka terbagi dua saling membelakangi.

Herannya, mereka yang saling membelakangi ini tampak terlihat masing-masing memeggang sebuah dayung, yang seakan-akan dengan dayung tersebut mereka ngotot ingin mengarahkan perahu yang mereka tunggangi menuju ketujuan masing-masing. Katakan saja, dua orang mau ke hilir dan duanya lagi mau ke hulu.

(Baca Juga : 320 Peserta Ikuti Pawai Takbir Idul Adha)

Disaat mata tertuju melihat kejanggalan cara naik perahu keempat orang ini, tiba-tiba terdengar suara keras dari sebuah alat pengeras suara, Satuuu, Duaaa,,,Tigaaa Mulaiii…,., sontak mata pun tertuju kepada mereka yang duduk berlawanan diperahu tadi yang tampak mengayuh dayungnya dengan kuat dan cepat menuju kedepan.

Hmmm, karena cara dayung mereka yang berlawanan, jadinya perahu terlihat mundur maju seolah-olah bingung maju kearah mana yang dituju. Perahu itu sendiri terlihat oleng kekanan dan kekiri karena kuatnya hempasan dayung yang dikayuh sehingga menimbulkan gelombang yang tak beraturan disekeliling perahu. Bahkan saking kuatnya hempasan riak riak air, menyebabkan perahu hampir saja karam.

Namun, setelah dalam hitungan detik yang lumayan durasinya, tampak dua orang, katakan saja yang posisinya duduk kearah hilir, terlihat kelelahan dan memperlambat gerak mengayuh dayungnya. Terlebih dayung atau pengayuh yang digunakan tampa disadari patah karena kuat tenaga mendayung.
Sedangkan dua orang lagi yang mengayuh dayungnya ke hulu, tampak kian menggila menggerakkan dayungnya hingga membuat perahu terlihat maju mulus dua tiga meter kedepan. Seiring dengan itu terdengar gemuruh sorak-sorai dari kerumanan orang yang berjejal untuk menyaksikan apa yang sudah dilakukan empat orang diperahu tadi.

Ya, jadi ini gambaran dari sebuah situasi Lomba Besei Kambe ( Dayung Hantu) permainan atau olahraga tradisional khas Provinsi Kalteng yang merupakan salah satu cabang lomba pada Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2019 yang sekaligus memperingati hari HUT Kalteng ke 62 yang digelar tepian Sungai Kahayan (bawah Jembatan Kahayan) Kahayan baru-baru ini.

Tak dipungkiri, ketika lomba Besei Kambe disuguhkan, maka selalu mematik perhatian ribuan warga untuk datang menyaksikan langsung. Bahkan saat pelaksanaan Besei Kambe pada FBIM lalu, walaupun cuaca begitu panas, tetap tidak menyurutkan antusiasme warga untuk menyaksikan. Mereka pun spontan berteriak begitu ramai memberikan dukungan bagi semua peserta.

Hal ini dikarenakan, olahraga tradisonal yang sarat tradisi budaya dan kearifan lokal di Kalteng ini, begitu unik. Bahkan bisa jadi satu-satunya yang ada di nusantara ini.

Secara detail Besei Kambe adalah olahraga tradisional, yang biasanya dilakukan peserta terdiri dua orang dalam satu kelompok dengan cara menambang, mendayung saling berlawanan arah dengan satu perahu. Sepintas seperti tarik tambang, karena pemenangnya harus melewati tanda khusus yang sudah diberi tanda batas, biasanya dari seutas tali. Jika dalam babak pertama satu kelompok kalah, maka bertukar posisi untuk kembali saling mengalahkan.

Terlepas dari serunya Besei kambe, maka dibalik olahraga unik tersebut ada sesuatu yang tersirat, yang tidak semua orang mengetahui asal muasal kenapa dinamakan Besei Kambe dimana hingga sekarang menjadi olahraga tradisonal khas Kalteng.

Konon menurut penuturan Yerson Kabid Pemasaran Pariwisata pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalteng, berdasarkan hikayat turun temurun dari orang Dayak, istilah Besei Kambe itu sendiri berawal dari cerita legenda yang bernilai mistik.

Diceritakan warga di sebuah kampung tengah menggelar ritual adat yang dihadiri banyak warga. Tidak hanya dari kampung tersebut, melainkan juga dari kampung terdekat. Saat itu warga berdatangan menggunakan transportasi air yang oleh orang Dayak disebut Jukung.

Singkat cerita, di tengah sungai di dekat kampung yang menggelar ritual terdengar ada keributan. Setelah dicari sumber keributan itu, ternyata bukan berasal dari warga namun berasal dari makhluk halus yang ada di sungai.

“Ceritanya saat itu warga melihat ada makhluk halus sedang mendayung perahu dengan suara-suara yang gaduh. Karena makhluk halus ini mendayung saling berlawanan arah, menyebabkan perahu terbelah saking kuatnya mendayung,”tutur Yerson.

Alkisah dari cerita ini akhirnya turun-temurun setiap regenerasi, hingga akhirnya bermula dari cerita itulah melahirkan permainan rakyat yang dinamaka Besei kambe.

“Olahraga tradisional Besei Kambe ini hingga sekarang memilik magnet tersendiri, sehingga mengundang ketertarikan orang untuk menonton atau melihatnya secara langsung,”tukas Yerson.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Kalteng Guntur Talajan mengatakan lomba Besei Kambe adalah bagian dari kearifan lokal masyarakat Dayak yang tutun temurun.

“Setiap FBIM, maka lomba Besei Kambe selalu yang ditunggu-tunggu. Para turis asing pun penasaran dengan olahraga tradisional kita ini. Besei Kambe pastinya hanya ada di Kalteng,”tandasnya. (MC Palangka Raya)

Martiana Winarsih

Merupakan salah satu kontributor di Multimedia Center Provinsi Kalimantan Tengah.

Berita Lainnya
Berita Terbaru
Radio Corner

Facebook