Literasi melalui Riset Perpustakaan

Kontribusi dari Gusti Mahfuz, 19 Maret 2019 09:23, Dibaca 422 kali.


Pengembangan pembelajaran mengarahkan pada gerakan literasi. Tantangan yang ada dengan menumbuhkan budaya baca di kalangan masyarakat. Penumbuhan budaya baca ini penting karena kemampuan dan keterampilan membaca merupakan dasar bagi seseorang memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan pembentukan sikap. Saat membiasakan diri untuk membaca sudah tertanam, kegiatan berikutnya adalah terbentuk karakter gemar membaca, dan akhirnya memiliki budaya membaca yang baik.

Literasi dapat dikaitkan dengan perpustakaan. Perpustakaan merupakan pusat tempat berbagai literatur agama maupun literatur umum, baik dalam bentuk buku, jurnal, majalah, dokumen maupun dalam bentuk lain. Berbagai literatur-literatur tersebut senantiasa ditemukan konsep-konsep, teori, pemikiran seorang tokoh, dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan untuk menemukan, mengungkapkan, mengembangkan, dan menguji kebenaran konsep, teori dan pemikiran tersebut perlu dilakukan penelitian terhadap buku-buku atau literatur yang menjadi objek penelitian tersebut. Peneliti dituntut untuk mengenal dan memahami organisasi dan tata kerja perpustakaan. Semua hal tersebut agar lebih mudah memperoleh dan mengakses bahan-bahan atau sumber-sumber yang diperlukan. Sistem pelayanan perpustakaan dilakukan, baik secara sistem tertutup maupun sistem terbuka. Pada perpustakaan yang menerapkan sistem tertutup, peminjam tidak dibenarkan mengambil buku secara langsung. Peminjam dapat melihat nama buku, pengarang, dan identitas lainnya pada katalog yang disediakan. Sistem peminjam dapat langsung mencari dan memilih buku atau sumber yang diperkannya ke dalam ruangan buku (Surakhman, 1982).

(Baca Juga : Konten Komunikasi Bermedia)

Dalam memilih sumber bacaan Suryabrata (2009) menyebutkan kriteria yang digunakan, yakni: a) prinsip kemutakhiran dan b) prinsip relevansi. Studi pustaka menempati posisi yang sangat penting dalam penelitian terletak pada tujuan, fungsi, atau kedudukan studi pustaka dalam setiap penelitian tersebut. Riset pustaka membatasi kegiatan pada bahan-bahan koleksi perpustakaan saja tanpa memerlukan riset lapangan (Zed, 2008). Berbagai jenis media cetak (buku, majalah, koran dll) dokumen, atau non cetak dapat disimpan di perpustakaan. Selanjutnya, dikoleksi dengan menggunakan katalog, atau bentuk koleksi yang lain. Dalam koleksi tersebut telah diklasifikasi berdasarkan kelompok ilmu pengetahuan diberbagai disiplin ilmu. Dengan adanya klasifikasi berbagai disiplin ilmu dengan koleksi perpustakaan yang secara umum digunakan katalog, peneliti dengan mudah dapat meneliti kepustakaan.

Empat langkah penelitian kepustakaan, adalah pertama, menyiapkan alat perlengkapan, alat perlengkapan dalam penelitian kepustakaan hanya pensil atau pulpen dan kertas catatan. Kedua, menyusun bibliografi kerja, bibliografi kerja merupakan catatan mengenai bahan sumber utama yang akan dipergunakan untuk kepentingan penelitian. Sebagian besar sumber bibliografi berasal dari koleksi perpustakaan yang dipajang atau yang tidak dipajang. Ketiga, mengatur waktu bergantung personal yang memanfaatkan waktu yang ada, dapat merencanakan jumlah jam satu hari, satu bulan, sesuai peneliti dalam memanfaatkan waktu. Keempat, membaca dan membuat catatan penelitian, artinya hal yang diperlukan dalam penelitian dapat dicatat, agar memudahkan dalam menentukan bentuk dan jenis buku.

Kemampuan literasi di era teknologi informasi sekarang penting agar peneliti untuk memahami teks secara analitis, kritis, dan reflektif. Dengan kemampuan literasi yang baik, maka peneliti memiliki kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan informasi secara cerdas dan aman. Peningkatan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan, hingga meningkatkan kemampuan literasi pada semua aspek.(syatkmf)

Gusti Mahfuz

Merupakan salah satu kontributor di Multimedia Center Provinsi Kalimantan Tengah.

Berita Lainnya
Berita Terbaru
Radio Corner

Facebook