Merajut Modal Interaksi Sosial

Kontribusi dari Gusti Mahfuz, 06 Februari 2019 08:58, Dibaca 27 kali.


Kebhinekaan menjadi anugerah yang dapat diarahkan sebagai modal interaksi sosial. Interaksi sosial dimulai dari pemikiran pentingnya hubungan pribadi dan hubungan sosial atau hubungan individu dengan lingkungan sosialnya. Interaksi ini bisa berlangsung dalam kehidupan di daerah dan dapat diubah menjadi interaksi yang bernilai edukatif. Interaksi edukatif bertujuan mendidik, mengantarkan, serta memperkuat kompetensi interkultural dari budaya-budaya yang hidup di masyarakat. Artinya interaksi dengan aneka etnis, suku, bahasa, agama, kepercayaan, budaya, tradisi, dan adat-istiadat akan memperkuat kesadaran budaya yang hidup di masyarakat.

Kesadaran budaya sebagai sikap masyarakat untuk menghargai, memahami, dan mengerti akan adanya perbedaan-perbedaan yang ada dalam budaya di daerah. Kesadaran budaya bisa menjadi suatu hal untuk mengerti dan untuk memahami terkait dengan beragam kebudayaan yang ada di tiap masyarakat. Pertimbangan budaya tersebut akan membantu masyarakat agar memperkuat proses komunikasi dan interaksi di masyarakat. Kesadaran budaya dapat tumbuh dengan cara. Pertama, penanaman sikap untuk saling menghargai dan bertoleransi antarbudaya. Hal ini menjadi fondasi awal supaya semua pihak mampu menyadari perbedaan dari tiap-tiap budaya. Sikap saling menghargai kebudayaan diharapkan semakin baik agar penanaman sikap saling menghormati tersebut juga terlalu tercermin di masyarakat. Kedua, menjaga budaya dengan cara melaksanakan tradisi daur hidup yang mengacu pada kepedulian terhadap kebudayaan. Artinya masyarakat selalu berusaha menjaga eksistensi budaya yang dimiliki. Ketiga, budaya lokal termuat dalam pendidikan. Hal tersebut menjadi langkah bijak melestarikan aset kekayaan bangsa. 

(Baca Juga : Pesan Silaturahmi dalam Pawai Gema Takbir)

Cara menghidupkan kebhinekaan budaya setiap daerah sebagai kompetensi yang dimiliki di era sekarang, sehingga dapat menghargai perbedaan budaya dan membangun sikap tenggang rasa antarsuku bangsa. Kompetensi interkultural melalui komunikasi banyak arah tetap secara berproses. Proses pertama mewadahi komunikasi satu arah dengan respon dalam bentuk komunikasi dalam diri atau intrapersonal. Proses kedua mewadahi komunikasi timbal balik dalam kelompok kecil dua orang sebagai persiapan komunikasi banyak arah.  Proses ini sebagai modal interaksi sosial yang dimiliki oleh masyarakat dalam bentuk norma atau nilai.

Modal interaksi sosial bisa memberikan kekuatan dalam beberapa kondisi sosial di masyarakat. Kekuatan untuk memfasilitasi dan membangun kerja sama melalui jaringan interaksi dan komunikasi yang harmonis serta kondusif. Kekuatan itu pun dapat menjadi pengikat, penyambung, dan perekat sosial agar tercipta kesatuan dalam anggota kelompok secara bersama-sama. Seiring dengan bentuk modal interaksi sosial yang berorientasi menjadi sebuah kekuatan untuk mengembangkan kapasitas adaptasi. Kapasitas yang demikian akan menunjukkan upaya reaktif pemerintah dalam merespon komunikasi melalui jaringan, kerjasama, dan informasi. 

Potensi modal interaksi sosial yang dimiliki oleh masyarakat dapat dijalankan sebagai bagian dari tata perilaku dan perilaku moral dari etnis. Penciptaan tindakan interaksi seperti partisipasi kolaborasi, dan kerja sama akan menghasilkan energi positif meliputi rasa tanggungjawab, kepedulian, dan solidaritas. Fokus perhatian tetap mengacu pada nilai yang telah diakui mampu menjembatani atau menyambung relasi antarindividu dan kelompok yang berbeda identitas kesukuan. Hasil kerja kolaborasi modal interaksi sosial dapat dimanfaatkan dalam pembangunan di daerah. Peran aktif seluruh anggota masyarakat ini dapat merajut jaringan sosial dan bangunan relasi yang dilandasi dengan norma dan nilai yang mengacu pada solidaritasi toleransi.(syatkmf)

Gusti Mahfuz

Merupakan salah satu kontributor di Multimedia Center Provinsi Kalimantan Tengah.

Berita Lainnya
Berita Terbaru
Radio Corner

Facebook