Gubernur Kalimantan Tengah H. Sugianto Sabran dan Sekda Kalteng H. Nuryakin Bersilaturahmi ke Kediaman Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf, Jelang Haul Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi ke 112

Kontribusi dari Agus S. Djunaidy, 06 November 2023 05:43, Dibaca 1,011 kali.


MMCKaltengSurakarta - Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng) H. Sugianto Sabran didampingi Sekretaris Daerah Prov. Kalteng H. Nuryakin bersilaturahmi ke kediaman Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf, di Solo Jawa Tengah, Jumat (3/10/2023).

Silaturahmi ini dilakukan bersamaan dengan jelang Haul Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi ke 112 atau yang populer disebut  Haul Solo di kompleks Masjid Riyadh, Jl Kapten Mulyadi, Solo.

(Baca Juga : Geger Pengadaan AC Untuk 36 Ruang Belajar Senilai 270 Juta, Ini Tanggapan Disdik Kalteng)

Alhamdulilah, Bapak Gubernur mengajak kami bersilaturahmi ke kediaman Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf menjelang Haul Solo dalam rangka Haul Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi, haul pengarang maulid Habsy al Habib Alwi. Acara haul akan dilaksanakan besok tanggal 4 November 2023, Insyaallah saya akan hadir pada haul tersebut” ungkap Nuryakin.

Jurnalis MMCKalteng Widya Natalia menelusuri dari berbagai sumber terkait Haul Solo kaitannya dengan Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi, berikut rangkuman penelusurannya :

Haul Solo

Bulan Rabiul Akhir setiap tahunnya di Kota Solo, Jawa Tengah, terdapat sebuah acara bersejarah bagi umat muslim di Tanah Air, yakni Haul Al Habib Ali Bin Muhammad Al Habsyi atau Haul Solo.

Pada tahun ini, Haul Solo diselenggarakan mulai 1 November-5 November 2023, yakni untuk acara Rauhah diadakan pada tanggal 1-3 November bertepatan dengan Bada Ashar, puncak acara Haul diadakan pada 4 November 2023 pukul 09.00 WIB dengan menghadirkan Ustadz Muhammad Bin Husein Al Habsyi dan acara Maulid diadakan pada 5 November 2023 Bada Subuh.

Siapa Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi ?

Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi merupakan ulama karismatik dari Yaman. Dikutip dari laman resmi Habib Novel Alaydrus, habibnovel.com, Habib Ali bernama lengkap Al-Habib Al-Imam Al-Allamah Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi. Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi lahir di Qasam pada Jumat 24 Syawal 1259 H/18 November 1843 M sebuah kota di negeri Hadhramaut.

Sementara itu, dikutip dari laman resmi Pondok Pesantren Al-Itqon, mak-alitqon.sch.id, pada usianya yang amat muda, Habib Ali telah mempelajari dan mengkhatamkan Al-Quran, serta berhasil menguasai ilmu-ilmu zahir dan batin sebelum mencapai usia yang biasanya diperlukan untuk itu.


Sejak saat itu, ia diizinkan oleh para guru dan pendidiknya untuk memberikan ceramah dan pengajian. Habib Ali pun langsung menjadi pusat perhatian dan memperoleh tempat terhormat di hati setiap orang.

Selain aktif berdakwah, Habib Ali juga aktif menggemakan syiar Islam lewat pena.  Disamping kitab Maulid Simthud Durar, ada pula karya lainnya yang disusun langsung olehnya maupun oleh murid-murid, para pengikut, dan keturunannya. Di antaranya adalah kitab-kitab kumpulan amalannya yang berisi wirid, hizib, ratib, dan lain-lain, yang sebagian besar berasal dari Al-Quran, hadits, dan amalan para ulama terkemuka.

Beliau adalah putra Mufti Makkah, Habib Ali lahir di desa Qosam pada hari jumat, 24 Syawal 1259 H / 1839 M dan diberi nama Ali oleh al-Allamah as-Sayyid Abdullah bin Husein bin Thohir untuk mengambil berkah dari Sayidina Ali Kholi Qosam. Ibunda beliau, Sayidah Alawiyah binti Husein bin Ahmad al-Hadi al-Jufri (lahir tahun 1240 H), berasal dari kota Syibam, adalah seorang yang sangat gemar mengajar dan berdakwah, yang memiliki banyak karomah. Ayahanda beliau, Habib Muhammad bin Husein al-Habsyi (lahir, 18 jumadil akhir 1213 H) adalah Mufti Haramain di masanya.

Ketika Habib Ali berusia 7 tahun, ayahandanya hijrah ke Makkah bersama tiga anaknya yang telah dewasa yakni Abdullah, Ahmad, dan Husein. Suatu hijrah yang abadi ke Makkah, demi mematuhi keinginan Syeikh Fath beliau, al-Allamah al-Habib Abdullah bin Husein bin Thohir.

Pada usia 17 tahun, beliau diminta ayahandanya pergi ke Makkah dan tinggal bersama ayahnya selama 2 tahun yang penuh berkah. Setelah itu, beliau kembali ke Seiwun sebagai seorang Alim dan ahli dalam pendidikan. Beliau kembali atas perintah ayahandanya untuk menikahkan adik beliau, Aminah, dengan Sayyid Alwi bin Ahmad Assegaf, salah seorang murid ayahnya.

Setelah merayakan pernikahan adiknya, Habib Ali lalu tinggal di Seiwun untuk belajar dan mengajar. Banyak penduduk Seiwun menuntut ilmu kepadanya. Beliau juga sering pergi ke Tarim untuk menuntut ilmu dari orang-orang alim disana. Habib Ali memiliki banyak guru, akan tetapi guru besar beliau adalah al-Habib Abu Bakar bin Abdullah bin Thalib al-Atthas.

Ketika Habib Ali bertemu pertama kali dengan Habib Abu Bakar bin Abdullah al-Atthas, terlihat tubuhnya diliputi cahaya, “Lelaki ini malaikat atau manusia,” kata Habib Ali dalam hati. Suatu hari beliau tidak bisa lagi membendung rasa rindunya kepada gurunya, Habib Abu Bakar bin Abdullah al-Atthas. Kemudian beliau pergi ke Ghurfah. Saat itu Habib Abu Bakar sedang bertamu di rumah salah seorang kenalannya.

“Tambahlah hidangan siang untuk Ali bin Muhammad al-Habsyi. Sebentar lagi ia datang kemari. Ia tidak mampu berpisah terlalu lama dariku.” Kata Habib Abu Bakar kepada tuan rumah. Sesampainya Habib ‘Ali di rumah itu, si tuan rumah memberitahu bahwa Habib Abu Bakar telah mengkasyaf kedatangannya.

Habib Abu Bakar bin Abdullah al-Atthas pernah berkata kepada Habib Ali, “Tidak mencintaiku kecuali orang yang berbahagia (sai id). Tidak mencintaiku kecuali seorang yang saleh. Aku, para sahabatku dan orang-orang yang mencintaiku kelak di hari kiamat berada dalam naungan Arsy.”

“Wahai anakku, ketahuilah, aku mengetahui semua wali yang ada di Timur dan di Barat. Aku belajar kepada mereka semua. Kadang kala aku memberitahu seseorang bahwa dia adalah seorang wali karena dia sendiri tidak menyadarinya.”

“Ya, Ali. Sesungguhnya aku telah memeliharamu sejak kau berada dalam sulbi ayahmu.”

Ketika Habib Ali berusia 22 tahun, ayahandanya, Habib Muhammad meninggal dunia di Makkah. Habib Muhammad memegang jabatan Mufti Syafi iyah Di Makkah, setelah wafatnya asy-Syeikh al-Allamah Ahmad Dimyati tahun 1270 H. Jabatan ini dipegangnya hingga beliau wafat. Pada hari rabu 21 Dzulhijah 1281 H, beliau dimakamkan di Mala di Huthoh saadah Aal Ba Alawiy. Sedangkan ibunda Habib Ali, Hababah Alawiyah binti Husein bin Ahmad al-Hadi al-Jufri wafat pada tanggal 6 Rabiuts tsani, tahun 1309 H.

Putra–Putri Habib Ali

Dari perkawinannya dengan wanita Qosam, beliau mendapat satu anak, Abdullah.

Dari perkawinannya dengan Hababah Fathimah binti Muhammad bin Segaf Maulakhela, beliau mendapat 4 anak (Muhammad, Ahmad, Alwi dan Khodijah).

Ribath Habib Ali

Ketika berusia 37 tahun, beliau membangun Ribath (pondok pesantren) yang pertama di Hadhramaut, di kota Seiwun untuk para penuntut ilmu dari dalam dan luar kota. Ribath menyerupai mesjid dan terletak di sebelah timur halaman masjid Abdul Malik. Biaya orang-orang yang tinggal di Ribath beliau tanggung sendiri.

Habib Ali berkata, “Ribath ini kudirikan dengan niat-niat yang baik, dan Ribath ini menyimpan rahasia (sir) yang besar. Ribath ini menyadarkan mereka yang lalai dan membangunkan mereka yang tertidur. Berapa banyak faqih yang telah dihasilkannya, berapa banyak orang 'alim yang telah diluluskannya. Ribath ini merubah orang yang tidak mengerti apa-apa menjadi orang yang alim.”

Pembangunan Masjid Riyadh

Ketika berusia 44 tahun, beliau membangun Masjid Riyadh, pada tahun 1303 H.

Habib ‘Ali berkata, “Dalam Masjid Riyadh terdapat cahaya rahasia dan keberkahan Nabi Muhammad.”

Wafatnya Habib Ali

Pada tahun-tahun terakhir kehidupannya, penglihatan Habib Ali semakin kabur. Dan dua tahun sebelum wafatnya, beliau kehilangan penglihatannya. Menjelang wafatnya, tanda yang pertama kali tampak adalah Isthilam; yang berlangsung selama 70 hari, hingga kesehatan beliau semakin buruk. Akhirnya, pada waktu Dzuhur, hari Ahad, 20 Rabiuts tsani tahun 1333 H./ 1913 M, beliau wafat. Jenazah beliau dimakamkan di sebelah barat Masjid Riyadh.

Khalifah Habib Ali

Dalam wasiatnya, Habib Ali menunjuk Habib Muhammad sebagai khalifahnya. Mengenai Habib Muhammad ini, Habib Ali pernah berkata :

“Kalian jangan mengkhawatirkan anakku Muhammad. Pada dirinya terletak khilafah zhahir dan bathin. Semoga Allah menjadikan dia dan saudara-saudaranya penyejuk hati, semoga mereka dapat memakmurkan ribâth dan Masjid Riyadh dengan ilmu dan amal, semoga Allah menjadikan mereka sebagai teladan dalam setiap kebajikan, dan semoga Allâh memberi mereka keturunan yang saleh serta menjaga mereka dari berbagai fitnah zaman dan teman-teman yang buruk.”

Sebagaimana Habib Muhammad bin Ali, adik beliau, al-Habib al-Karim, seorang dai yang menyeru ke jalan Allah, yang mengingatkan manusia akan hari-hari Allah, Alwi bin Ali, juga menyelenggarakan haul ayahnya di kota Solo, di pulau Jawa. Masyarakat dari berbagai daerah terpencil datang menghadiri haul. Dalam haul tersebut disampaikan ceramah, nasihat dan pidato ilmiah. Beliau melanjutkan kegiatan-kegiatan yang telah dirintis oleh Ayahnya.

Habib Alwi membangun Masjid Riyadh di Solo pada tahun 1355 H. Beliau menyelenggarakan kegiatan ibadah dan taklim yang biasa diamalkan oleh ayahnya. Mengenai Habib Alwi ini, ayahnya pernah berkata dalam salah satu syairnya :

“Ya Allah, dengan kebesaran al-Musthafa, berilah Alwi fath,

Dan berilah ia madad dari segala penjuru

Begitu pula semua saudara dan semua yang bersamanya

Dan penuhilah kedua tangannya dengan karunia-karunia-Mu

Dan jadikanlah dalam ilmu ia sebagai rujukan ahli zamannya.”

Sawut Mbah KH. Abdul Hamid (Pasuruan) “Kamu boleh meninggalkan haul yang lain tetapi jangan meninggalkan haul Solo”

“Kalau Maulid Solo (Haul Habib Ali Al Habsyi) datangilah karena Kanjeng Nabi SAW, pasti hadir”.(AS&Wdy/Foto:Ist)

Agus S. Djunaidy

Merupakan salah satu kontributor di Multimedia Center Provinsi Kalimantan Tengah.

Berita Lainnya
Berita Terbaru
Radio Corner

Facebook