Komunikasi Mencegah Bullying

Kontribusi dari Gusti Mahfuz, 07 Januari 2019 11:08, Dibaca 738 kali.


Komunikasi dalam keluarga merupakan elemen penting untuk menjamin terwujudnya rasa aman di lingkungan keluarga. Jika orang tua berkomunikasi dengan anak, orang tua tersebut berusaha agar apa yang disampaikan dapat dimengerti anak. Komunikasi dalam keluarga baik verbal dengan kata-kata maupun komunikasi non verbal disebut dengan bahasa tubuh dapat terjadi disetiap gerak langkah kegiatan sehari-hari harus selalu dibina, sehingga anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling memerlukan. Bahkan, komunikasi dalam keluarga menjadi proses pendidikan bagi orang tua yang mentransfer pengetahuan. Orang tua bukan hanya bertugas mentransfer pengetahuan terkait mata pelajaran tertentu, melainkan pengetahuan tentang kehidupan. Pendidikan dalam keluarga menjadi usaha yang dilakukan oleh orang tua dengan pembiasaan dan improvisasi untuk membantu perkembangan pribadi anak-anaknya.

Hal-hal yang terjadi pada anak dapat dikomunikasikan dengan baik. Komunikasi yang dijalin mengarah pada akhlak, etika, dan moral kepada setiap anggota keluarga. Anwar (2010:19-20) menjelaskan akhlak, etika, dan moral mengacu pada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik. Akhlak, etika, dan moral merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk mengukur martabat dan harkat kemanusiaannya.  Dengan adanya komunikasi, permasalahan yang terjadi di antara anggota keluarga dapat dibicarakan dengan mengambil solusi terbaik (Prasanti, 2016). Keluarga berperan menciptakan persahabatan, kecintaan, rasa aman, dan hubungan interpersonal yang bersifat kontinu. Hal tersebut dapat menjadi fondasi perkembangan kepribadian anak. Anak dapat bersahabat dengan orang lain yang bukan anggota keluarganya, apabila anak tersebut mendapat pendidikan dalam keluarga tentang persahabatan.

(Baca Juga : Potensi Sumber Benih Kelapa Dalam Unggul Lokal di Kalimantan Tengah)

Jika keluarga gagal menjadi sumber kasih sayang, anak pun akan mengalami kegagalan dalam hal mengasihi orang lain. Ini dapat berpotensi menjerumuskan dirinya ke hal-hal yang tidak diinginkan seperti bullying. Bullying berasal dari arti kata intimidasi untuk menggertak dan menindas yang lemah dan menjengkelkan. Bullying dapat didefinisikan sebagai aktivitas perilaku agresif berulang yang dimaksudkan untuk menyakiti individu lain, secara fisik, mental atau bahkan emosional dan dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis, yaitu: pertama, fisik seperti memukul, menendang, atau meninju. Kedua, verbal adalah nama panggilan atau ejekan. Ketiga, relasional menghancurkan penerimaan teman dan pertemanan. Keempat, cyber bullying menggunakan alat elektronik untuk menyakiti orang lain.

Bullying terjadi ketika seseorang kuat, kaya, dan merasa memiliki segalanya. Penindasan terjadi karena ada kesempatan saat pembullying melihat kelemahan orang lain. Ini bisa terjadi di mana saja dan kapan saja, baik di rumah maupun di sekolah. Di rumah cenderung membiarkan bully karena dianggap main-main. Apalagi perilaku bullying ini dilakukan oleh kakak kepada adik dan orang tua kepada anak-anak di dalam keluarga. Contoh bullying dalam rumah yakni orang tua yang menganggap sepele ketika kakak mengolok-olok adiknya yang dianggap menyenangkan untuk diganggu. Di sekolah siswa berpikir bahwa bullying itu lucu, dan itu dianggap tidak keren jika tidak melakukannya. Contohnya perkelahian siswa sebagai bentuk bullying kepada teman di sekolahnya.

Penanganan paling ideal terhadap kejadian bullying dengan adanya kebijakan dan tindakan terintegrasi yang melibatkan seluruh komponen mulai dari guru, siswa, kepala sekolah, sampai orang tua, yang bertujuan untuk menghentikan perilaku bullying dan menjamin rasa aman bagi anak. Selain itu, adanya program anti-bullying di sekolah dilakukan dengan cara menggiatkan pengawasan dan pemberian sanksi secara tepat kepada pelaku atau melakukan kampanye melalui berbagai cara, serta memasukkan materi bullying ke dalam pembelajaran akan berdampak positif bagi pengembangan pribadi para siswa. Ketika siswa memiliki kegiatan positif, mereka akan sibuk dan tidak berpikir negatif. Siswa juga harus memilih teman yang baik. Dalam hidup siswa, teman memiliki pengaruh besar dalam aktivitas siswa setiap hari. Siswa juga mampu menyayangi orang lain dengan cinta kasih yang diperolehnya dalam keluarga. Akhiri bullying sebelum bullying mengakhiri hidup.(syatkmf)

Gusti Mahfuz

Merupakan salah satu kontributor di Multimedia Center Provinsi Kalimantan Tengah.

Berita Lainnya
Berita Terbaru
Radio Corner

Facebook