Sekilas Info
Kontribusi dari Gusti Mahfuz, 23 Juni 2019 08:46, Dibaca 888 kali.
Tingkat pemahaman peserta didik terhadap suatu ilmu pengetahuan dipengaruhi oleh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Kecerdasan intelektual sebelumnya dipahami menjadi sebuah ukuran standar kecerdasan. Hingga saat ini pun masih ada orang tua yang mengharapkan anak-anaknya pintar, terlahir dengan kecerdasan intelektual di atas level normal. Sebenarnya ada potensi kecerdasan lainnya yang dapat dikembangkan.
Kecerdasan intelektual merupakan kemampuan intelektual, analisa, logika dan rasio. Peserta didi yang memiliki kecerdasan intelektual yang baik artinya tidak ada baginya memperoleh informasi yang sulit, semuanya dapat disimpan dan diolah. Proses kecerdasan intelektual yaitu dapat diartikan proses dalam menerima, menyimpan, dan mengolah kembali informasi atau biasa disebut berpikir. Goleman (2000) menyatakan bahwa kemampuan akademik bawaan, nilai rapor, dan prediksi kelulusan dari pendidikan tinggi. Namun, tidak dapat memprediksi kinerja seseorang saat bekerja atau seberapa tinggi sukses yang dicapainya dalam hidup.
(Baca Juga : Etika Informasi dalam Penggunaan Media Digital)
Di samping kecerdasan intelektual disertai juga kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional mampu melatih kemampuan peserta didik, yaitu kemampuan mengelola perasaan, kemampuan memotivasi diri, kesanggupan tegar dalam menghadapi masalah, kesanggupan mengendalikan dorongan, dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, serta mampu berempati dan bekerja sama dengan orang lain. Dengan kecerdasan emosional dapat membentuk kepribadian dan emosi seseorang, tetapi tidak mudah dalam membentuk pribadi dengan kecerdasan emosional yang ideal, sehingga perlu adanya kesabaran.
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan peserta didik untuk dapat mengenal dirinya sendiri dengan lebih baik dan mampu mengenal orang lain, sehingga akan terjalin sebuah hubungan yang harmonis dengan orang lain. Pengenalan diri sendiri maupun pengenalan pada orang lain ini, baik pengenalan atas potensi-potensi maupun kelemahan-kelemahan dalam diri yang menyebabkan peserta didik mampu menempatkan diri ketika berhubungan dengan orang lain. Peserta didik dengan kemampuan kecerdasan emosional tinggi akan mampu mengenal dirinya sendiri, mampu berpikir rasional, dan berperilaku positif serta mampu menjalin hubungan sosial yang baik karena didasari pemahaman emosi orang lain (Efendi danSutanto, 2013).
Selain kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional sebagai faktor dalam mempengaruhi pemahaman peserta didik terhadap pelajaran ada faktor lain yang tentu juga mempunyai pengaruh, yaitu kecerdasan spiritual. Peserta didik memiliki kecerdasan spiritual mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan melihat permasalahan itu dari nilai positif, sehingga permasalahan dapat diselesaikan dengan baik. Dengan perkataan lain, peserta didik memiliki kecerdasan spiritual berarti memiliki kemampuan sikap fleksibel, mudah menyesuaikan diri, dan mampu mengambil hikmah dari setiap kejadian. Kecerdasan spiritual terlihat pada aktivitas sehari-hari, seperti cara mengambil keputusan, memahami makna kehidupan dan menjadi orang bijaksana.
Pendidik seyogianya dapat memahami dengan efektif kecerdasan dengan menerapkan kekuatan dan ketajaman emosi sebagai sumber energi untuk peserta didik. Semua ini dilakukan agar generasi ke depan lebih baik dari sebelumnya. Kecerdasan spiritual menjadi kecerdasan yang berperan sebagai landasan yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional secara efektif. Ketiga kecerdasan tersebut bermanfaat untuk menyesuaikan diri peserta didik secara efektif pada lingkungan yang kompleks.(syatkmf)