Mengenang 100 Tahun Sang Pahlawan Dayak

Kontribusi dari Elga Arya Putra, 02 Februari 2018 07:36, Dibaca 115 kali.


MMCKalteng-Tepat hari ini Masyarakat suku dayak mengenang 100 tahun sang pahlawan Dayak, pejuang yang berani, Nasionalis, cerdas dan juga penuh karisma. Putera daerah yang berjuang melampaui batas-batas kesukuannya, yaitu Tjilik Riwut.

Sebagai salah satu tokoh perintis dan pelopor lahirnya Provinsi Kalimantan Tengah, Tjilik Riwut sangat dekat dengan Soekarno, Presiden Repulik Indonesia yang pertama. Setiap Argumen yang disampaikan Tjilik Riwut dikisahkan selalu menarik perhatian Soekarno. Hal ini pula yang mendukung jalan Tjilik Riwut berhasil mengajukan pembentukan Provinsi Kalimantan Tengah.

(Baca Juga : Sekda Nuryakin : Perkuat Koordinasi dan Komunikasi untuk Menekan Angka Inflasi di Kalteng)

Semasa hidupnya, Tjilik Riwut telah berkeliling pulau kalimantan dengan berjalan kaki dan menggunakan sampan, ini merupakan bukti kedekatannya dengan Hutan dan alam liar, ia bangga menjuluki dirinya sebagai orang hutan, tanpa ragu menerobos belantara kalimantan tanpa alas kaki. Selain itu Tjilik Riwut berjasa dalam aksi penerjunan pertama AURI pada 17 Oktober 1947 dan ia pula berjasa dalam mewakili sumpah setia suku dayak yang terdiri dari 142 suku dayak, 145 kepala kampung, 12 kepala adat, 3 panglima, 10 patih dan 2 tumenggung kepada Republik Indonesia secara adat di Gedung Agung, Yogyakarta.

Tjilik Riwut lahir di Kasongan tanggal 2 Februari 1918 di desa kecil kasongan, merupakan seorang putera daerah yang memperjuangkan tanah dan suku dayak sampai pada tingkat nasional. Perjuangan Tjilik Riwut pada jamannya memang patut di acungi jempol, karena ditengah segala keterbatasan saat itu, dia mampu mengejar ketertinggalan dan melewati segala rintangan yang ada. Bahkan kala itu ia mampu melanjutkan studinya di pulau jawa yang dulu mustahil untuk dilakukan.

Mantan Pejabat pertama Gubernur Kalimantan Tengah ini juga turut aktif menulis, kepiawaiannya dalam menulis diperolehnya ketika bergabung di Harian Pembangunan bersama Sanusi Pane, salah satu satrawan Indonesia. Salah satu karyanya “Maneser Panatau Tatu Hiang”, merupakan bentuk kecintaan dan keteguhannya tehadap budaya leluhur, karena baginya kebudayaan merupakan identitas yang harus dipelihara. Karya beliau juga banyak dituliskan kembali oleh salah satu anaknya, yaitu Nila Riwut yang juga aktivis kebudayaan dayak dan Pembina Mahasiswa/i Kalteng di Yogyakarta.(EAP/ Foto: Net)

Elga Arya Putra

Merupakan salah satu kontributor di Multimedia Center Provinsi Kalimantan Tengah.

Berita Lainnya
Berita Terbaru
Radio Corner

Facebook