Presiden Jokowi Kenakan Lilis Lamiang

Kontribusi dari Ari Purna Prahara, 09 Mei 2019 22:39, Dibaca 31 kali.


MMCKalteng - Palangka Raya - (9/5/2019) Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo kenakan kalung Lilis Lamiang saat kunjungan ke Desa Tumbang Talaken, Kecamatan Manuhing, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah.

Usai mendarat, orang nomer satu di Indonesia ini menyempatkan diri menyapa dan bersalaman dengan masyarakat desa yang telah menunggu kedatangannya.

(Baca Juga : Ayo Daftar Seleksi Calon Taruna Kementerian Perhubungan Tahun Akademik 2019/2020)

Jokowi diterima dan disambut secara adat Dayak, dengan pemotongan pantan secara simbolis dan pengalungan lilis lamiang oleh damang adat dan Bupati Arton. S. Dohong, Rabu (8/5).

Orang Dayak terkenal dalam penggunaan manik-manik sebagai aksesoris atau kelengkapan adatnya. Ada beberapa manik yang dianggap berharga atau masuk dalam kategori pusaka, salah satunya ialah Manas Lilis Lamiang.


Manik jenis ini sebenarnya dipakai juga di hampir semua kebudayaan dunia seperti di Mesir Kuno, Romawi, Afganistan, China bahkan di Nusantara juga.

Bentuk Manas Lilis Lamiang ini biasanya dipotong berbentuk hexagonal atau octagonal memanjang walau ada juga yang dibuat segi empat atau lonjong. Bahan lamiang yang masuk ke Kalimantan setidaknya ada tiga bahan yang dikenal yaitu batu cornelian, onyx dan fossil amber.

Penggunaan Lilis Lamiang dalam budaya dayak sangat banyak, terutama untuk upacara/acara adat, syarat perkawinan, kelengkapan buat basir/balian, dan juga pengobatan, seperti dilansir oleh folksofdayak.wordpress.com.

Dalam menyambut tamu adat Dayak Ngaju, ada tradisi yang namanya Tetek Pandan, memotong kayu / tebu yang melintang didepan pintu menggunakan mandau tapi ada juga dengan menggigit batang tebu.

Potong Pantan merupakan salah satu upacara adat penyambutan tamu yang dilaksanakan oleh masyarakat suku Dayak Ngaju di Provinsi Kalimantan Tengah.


Upacara ini telah dilakukan sejak zaman nenek moyang mereka dan diwariskan secara turun temurun hingga generasi saat ini. Dalam upacara ini, seluruh tamu yang datang akan diminta untuk memotong batang bambu hijau yang dipasang melintang di pintu masuk dengan menggunakan sebilah pedang mandau.

Upacara potong pantan diiringi dengan musik tradisional dan nyanyian yang menggunakan bahasa Sangiang. Semboyan “Tamu adalah Raja” masih berlaku bagi masyarakat di tempat ini.

Oleh karena itu, seluruh penduduk desa dari ketua adat hingga anak-anak akan ikut menyambut kedatangan para tamu dengan meriah. Dalam menyambut tamu, mereka juga memotong hewan korban sebagai bentuk penghormatan bagi arwah nenek moyang. Ritual ini dipimpin oleh seorang pemuka agama yang diiringi doa menggunakan bahasa Sangiang.

Upacara yang sama juga dilakukan saat para tamu hendak meninggalkan tempat tersebut. Olesan minyak kelapa dan taburan bubuk putih di pipi dipercaya mampu melindungi tamu dari ganguan roh jahat dalam perjalanan pulang.

Upacara ini dilakukan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang buruk bagi penduduk setempat maupun para tamu. Kepercayaan adat setempat, apabila kayu tersebut dipotong tanpa halangan, berarti tamu tersebut dapat diterima dan dilancarkan jalannya saat berkunjung kesana, seperti dikutip dari wikipedia.

Setelah pemotongan pantan secara simbolis, Presiden Jokowi melanjutkan pemantauan lokasi yang rencananya akan dijadikan lokasi pemindahan Ibukota Negara. Tepat diatas bukit Nyuling yang tak jauh dari Ibukota kecamatan, Presiden memperhatikan dengan seksama lokasi yang rencananya akan di jadikan Ibukota yang baru.

Kunjungan Presiden Jokowi ke sejumlah lokasi calon Ibukota dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai kelayakan wilayah-wilayah tersebut. Nantinya, tim khusus akan kembali berkunjung untuk melakukan kajian dan kalkulasi mengenai kelayakannya sebelum pada akhirnya diambil keputusan. (ARP/Foto:xcv)

Ari Purna Prahara

Merupakan salah satu kontributor di Multimedia Center Provinsi Kalimantan Tengah.

Berita Lainnya
Berita Terbaru
Radio Corner

Facebook