Pemilik Hati dan Lisan

Kontribusi dari Gusti Mahfuz, 10 Januari 2019 08:03, Dibaca 60 kali.


Seorang anak mengikuti tantangan di sekolahnya karena sebagai syarat untuk dapat menjadi anggota sebuah organisasi. Salah satu syaratnya adalah mencatat kata-kata kotor yang diucapkan teman-teman dan menegur teman agar tidak berkata kotor. Kewajiban itu pun diterimanya. Pada awal penerapan anak tersebut tidak mendapatkan masalah, tetapi beberapa hari kemudian ternyata teman-temannya tidak setuju jika namanya dicatat dan ditegur. Akhirnya anak tersebut tidak melanjutkan tantangan ini karena tekanan teman-teman yang tidak membolehkan untuk mencatat dan menegur. Ini pun berdampak justru membuat anak tersebut dijauhi oleh teman-teman. 

Jika melihat peristiwa di atas terbayangkan oleh kita bahwa anak tersebut sudah diberi pengalaman yang baik. Niat dan perbuatan untuk langsung menegur teman yang tidak menjaga lisannya. Namun, lingkungan yang belum dikondisikan dari awal, sehingga menyebabkan anak tersebut tidak melanjutkan kegiatan yang menjadi syarat untuk masuk organisasi. Selain itu, tampak oleh kita saat orang yang ingin membuat lisan menjadi terjaga itu justru dijauhi. Lisan sebagai nikmat yang besar, bentuknya kecil dan halus dan disana terletak kebaikan atau keburukan seseorang. Pengaruh besar dari lisan terhadap ucapan positif atau negatif dalam kehidupan.

(Baca Juga : Batang Garing dan Tingang Simbol Puspa dan Satwa Dayak)

Saat memiliki hati yang bersih akan berdampak pada lisan yang baik pula. Ketika orang terbiasa mengucapkan kata-kata baik, tentu perilakunya juga tidak jauh dari yang dilisankan. Untuk mendapatkan hati yang bersih harus diupayakan supaya ucapan yang meluncur dari  lisan terjaga. Lisan yang bersih menjadi cerminan dari hati yang bersih. Walaupun ada yang berpendapat orang yang lisannya bersih, belum tentu hatinya bersih. Sebenarnya jika lisannya bersih saja, hatinya belum tentu bersih. Apalagi dengan yang lisannya yang kotor, tentu hatinya lebih kotor lagi.

Usaha yang dapat dilakukan untuk membersihkan hati melalui zikir. Dengan mengingat Allah akan membuat hati kita terbasuh, tidak ada kesempatan untuk memikirkan hal yang buruk. Jika hati dan lisan kita terbiasa berzikir, hati akan lebih terjaga. Saat hati sudah terjaga kebersihannya, kita tidak akan mengumpat tentang hal-hal buruk dan kotor. Dengan demikian, lisan kita juga akan ikut terjaga.

Dalam sebuah artikelnya, Aa Gym berpesan untuk selalu mengingat wasiat dari Nabi Muhammad saw. tentang tujuh perkara untuk membersihkan hati: 1) jangan buruk sangka sesama orang beriman, 2) jangan memata-matai, tutup untuk serba ingin tahu, 3) jangan mengorek-orek aib orang lain, 4) jangan saling berlomba tentang duniawi, bukan itu yang harus kita perlombakan, 5) jangan saling mendengki, 6) jangan saling membenci, dan 7) jangan saling bermusuhan. Selain tujuh perkara di atas, biasakan pula untuk membaca dan melihat segala sesuatu dari sisi yang positif. Ini bertujuan agar kita tidak menjadi orang yang mudah berprasangka buruk. Dengan demikian, imbangi dengan melihat segala sesuatu dengan positif, berpikir positif dan membagikan cerita yang positif terhadap orang lain.

Jika kita berusaha untuk berpikir dan berkata yang baik, Allah akan melihat usaha kita untuk menjadi orang yang hati dan lisannya bersih. Jauh dari perkataan yang sia-sia dan keji. Untuk menyediakan hati yang terbaik ketika beribadah kepada-Nya, hati yang suci dari penyakit jiwa. Orang-orang yang berhati bersih menjadi figur muslim utama yang mencintai dan dicintai-Nya. Tantangan pada peristiwa di atas menginginkan setiap orang yang bersih hatinya dan benar ucapannya. Hati yang bersih akan selalu memancarkan sikap dan perilaku yang suci. Orang berhati bersih akan selalu menyediakan kalimat yang tidak membuat hati orang lain ternoda bahkan terluka. Orang lain yang berinteraksi dengan pemilik hati yang bersih hanya akan dilimpahi kata-kata mengesankan, menenangkan, menenteramkan, dan menyegarkan jiwa. Hati yang bersih hanya akan memberikan sikap santun, tulus, dan terpuji. Hidup disertai hati yang bersih dan lisan yang terjaga akan tampak nikmat karena kekuatan hati merupakan sumber berperilaku. (syatkmf)

Gusti Mahfuz

Merupakan salah satu kontributor di Multimedia Center Provinsi Kalimantan Tengah.

Berita Lainnya
Berita Terbaru
Radio Corner

Facebook