Tiwah Massal Pikat Wisatawan Domestik dan Manca Negara

Kontribusi dari Martiana Winarsih, 19 November 2018 07:31, Dibaca 524 kali.


MMCKalteng - Pelaksanaan ritual Tiwah massal 2018 yang dilaksanakan dari tanggal 2 November hingga 20 Desember 2018 di Komplek Balai Hindu Kaharingan Palangka Raya, diharapkan mampu memikat kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan manca negara ke Kota Palangka Raya.

Harapan itu disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalimantan Tengah, Guntur Talajan, usai mendampingi Gubernur Kalteng, H. Susianto Sabran yang berkesempatan meninjau lokasi dan tempat prosesi pelaksanaan titual Tiwah, Sabtu ( 17/11/2018), di Komplek Balai Hindu Kaharingan Jalan Tambun Bungai no 5 Palangka Raya.

(Baca Juga : Dalam Rangka Panggilan Ghoib, PN Pulang Pisau Teken MoU Dengan LPPL H2FM)

Kata Guntur, baru kali ini pelaksanaan ritual Tiwah massal dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Provinsi Kalteng melalui Disbudpar, bekerjasama dengan Majelis Besar Hindu Kaharingan ( MBHK) Kalteng. Hal ini kata dia menunjukan, Pemerintah Daerah begitu serius untuk melestarikan nilai-nilai peradaban yang merupakan warisan leluhur masyarakat Dayak.

Terlebih ritual Tiwah saat ini merupakan salh satu dari upacara ritual yang ada di nusantara, yang diharapkan dapat terus dijaga keberlangsungannya serta harus dipertahankan secara turun temurun dalam setiap generasi masyarakat Dayak itu sendiri.

"Bila dilihat dari sisi filosofi dan sejarah budaya dan adat istiadat, maka ritual Tiwah perlu lebih diperkenalkan ke dunia luar, dalam hal ini wisatawan untuk melihat secara langsung bagaimana khasnya ritual Tiwah yang mungkin  di dunia ini hanya ada di Kalteng," ucapnya.

Perlu diketahui tambah Guntur, ritual Tiwah merupakan prosesi keagamaan dalam Hindu Kaharingan di Provinsi Kalteng, yakni kepercayaan asli suku Dayak yang diyakini sebagai proses dikembalikannya roh orang yang sudah meninggal kepada Sang Pencipta ( Ranying Hattala Langit) atau ke alam suci abadi atau disebut lewu tatau dia rumpang tulang rundung isen dia kamelesu uhat.

Tiwah merupakan upacara kematian tingkat terakhir, dimana bagi suku Dayak, kematian peru disempurnakan dengan ritual lanjutan agar roh dapat hidup tenteram bersama Ranying Hattala.

"Ritual Tiwah tentu diawali dengan persiapan rumit. Bahkan pelaksanaannya cukup panjang dan sakral. Tradisi leluhur ratusan tahun ini mesti bisa memikat wisatawan untuk mengetahui dan melihat secara dekat," tutupnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Martiana Winarsih

Merupakan salah satu kontributor di Multimedia Center Provinsi Kalimantan Tengah.

Berita Lainnya
Berita Terbaru
Radio Corner

Facebook