Tiwah Massal 2019 Diharap Pikat Wsnus dan Wisman

Kontribusi dari Martiana Winarsih, 05 Juli 2019 12:43, Dibaca 8 kali.


MMCKalteng - Palangka Raya – Pemerintah Provinsi Kalteng  melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalteng serta Majelis Besar Hindu Kaharingan (MBHK) Kalteng, kembali menggelar hajatan besar, yakni ritual Tiwah massal 2019.

“Ritual Tiwah massal 2019 akan dilaksanakan  awal November hingga minggu ketiga bulan Desember 2019 di  Komplek Balai Hindu Kaharingan Jalan Tambun Bungai, nomor 5 Palangka Raya,” ungkap Kepala Disbudpar Kalteng, Guntur Talajan, Kamis (4/7/2019).

(Baca Juga : Bupati Resmikan Jalan Penghubung Desa Tangga Batu - Desa Belibi)

Kata Guntur, Gubernur Kalteng, H. Sugianto Sabran mengharapkan pelaksanaan Tiwah massal 2019 kali, mampu menyedot serta memikat kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) maupun wisatawan mancanegara (wisman) untuk datang  menyaksikan setiap tahapan ritual suku Dayak tersebut di Kota Palangka Raya.

Menurut Guntur, pelaksanaan Tiwah massal 2019 adalah untuk kedua kalinya dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Provinsi Kalteng melalui Disbudpar, bekerja sama dengan MBHK Kalteng. Hal ini kata dia menunjukan, pemerintah daerah begitu serius untuk melestarikan nilai-nilai peradaban yang merupakan warisan leluhur masyarakat Dayak.

Terlebih ritual Tiwah saat ini merupakan bagian dari salah satu upacara ritual yang ada  di nusantara, yang diharapkan dapat terus dijaga keberlangsungannya serta harus dipertahankan secara turun temurun dalam setiap generasi suku Dayak.

“Ritual Tiwah perlu lebih diperkenalkan ke dunia luar, dalam hal ini wisatawan untuk melihat secara langsung  ritual khas yang hanya ada satu-satunya di dunia ini yakni di Kalteng,” ucapnya.

Guntur mengungkapkan, jika ritual Tiwah merupakan prosesi keagamaan dalam Hindu Kaharingan. Dalam  kepercayaan asli suku Dayak, ritual Tiwah adalah proses dikembalikannya roh orang yang sudah meninggal kepada Sang Pencipta (Ranying Hattala Langit) atau ke alam suci abadi atau disebut lewu tatau dia rumpang tulang rundung isen dia kamelesu uhat.

Tiwah merupakan upacara kematian tingkat terakhir, dimana bagi suku Dayak, kematian perlu disempurnakan dengan ritual lanjutan agar roh dapat hidup tenteram bersama Ranying Hatalla.

“Ritual Tiwah banyak tahapannya. Pelaksanaannya panjang dan sakral. Tradisi leluhur ratusan tahun ini mesti diketahui wisman dan wisnus, betapa tingginya nilai tradisi dan ritual suku Dayak,” tutupnya. (MC. Isen Mulang)

Martiana Winarsih

Merupakan salah satu kontributor di Multimedia Center Provinsi Kalimantan Tengah.

Berita Lainnya
Berita Terbaru
Radio Corner

Facebook