Sekilas Info
Kontribusi dari Ika Alqinaya, 06 Desember 2025 10:19, Dibaca 50 kali.
MMCKalteng - Banda Aceh, 5 Desember 2025 – Berkat kolaborasi dan kerja sama antara Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) dan pemangku kepentingan, akses telekomunikasi mulai dirasakan masyarakat di wilayah Aceh paling terdampak banjir dan longsor.
Kementerian Komdigi dalam hal ini terus memantau perkembangan jaringan telekomunikasi bersama di Aceh para operator seluler maupun Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) serta perangkat Kementerian Komdigi lainnya.
(Baca Juga : Kemendagri Tegaskan Pengendalian Inflasi Daerah Harus Berbasis Data dan Langkah Nyata)
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria menyebutkan bahwa suplai listrik yang belum stabil menjadi kendala utama dalam pemulihan jaringan telekomunikasi di Aceh pascabencana hidrometeorologi.
Demikian disampaikan Wamenkodigi dalam konferensi pers di Media Center Posko Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi Aceh, Lobi Kantor Gubernur Aceh, Banda Aceh, Jumat (5/12/2025).
"Kami berterima kasih kepada Telkomsel, Indosat, dan XL Smartfren yang terus bahu-membahu untuk bisa menormalkan kembali jaringan telekomunikasi yang ada di Aceh. Kita berkomitmen, bekerja sama juga dengan PLN yang hari ini dan besok rencananya terus bekerja keras untuk menormalkan suplai listrik ke Aceh. Begitu itu normal, Insyaallah jaringan telekomunikasi pun bisa kembali normal sampai dengan 90 persen ke atas. Ini harapan kita semua," ungkap Nezar Patria.
Oleh karena itu, Nezar Patria menambahkan, pemerintah terus memprioritaskan menghidupkan menara-menara base transreceiver station (BTS) dengan memobilisasi genset yang disebarkan di lokasi BTS tersebut. Tanpa pasokan listrik yang optimal, sinyal telekomunikasi akan terus mengalami kondisi on and off.
Lebih lanjut, Wamen Nezar menjelaskan bahwa selama masa tanggap darurat, sejumlah BTS dioperasikan menggunakan genset. Namun, penggunaan genset memiliki keterbatasan karena tidak dapat beroperasi selama 24 jam penuh. Mesin membutuhkan jeda agar tidak mengalami kerusakan.
"Karena dalam situasi seperti ini, kita memerlukan suplai BBM yang cukup. Kami sudah berkoordinasi dengan Pertamina agar pasokan untuk wilayah-wilayah kritikal mendapat perhatian dan penanganan khusus, sehingga cadangan BBM untuk seluruh Aceh tetap terjaga. Menurut laporan Pertamina, suplai terus berjalan, baik melalui jalur laut maupun darat, dan ini terus menjadi perhatian pemerintah untuk memastikan distribusi BBM tidak terputus," katanya.
Membuka Komunikasi di Daerah Terisolir
Langkah cepat tim operator seluler dan BAKTI juga diapresiasi oleh Wamenkomdigi. Menurut Nezar, mereka cukup intens membantu mendistribusikan unit-unit alat telekomunikasi di daerah-daerah kritis. Termasuk membuka jaringan satelit melalui access point di sejumlah titik.
"Kemarin (Rabu 4 Desember) sudah masuk ke Aceh Tamiang, termasuk juga access point yang dibuat oleh BAKTI. Dan ini sangat membantu para pengungsi yang ada di Tamiang dan juga di Kuala Simpang untuk bisa berkomunikasi dengan keluarganya. Karena banyak yang khawatir bagaimana keadaan warga di daerah-daerah yang dikabarkan terisolir ini. Dengan dibukanya komunikasi, kita harapkan mereka bisa saling bertukar kabar," tukas Wamenkomdigi.
Satu hal, Kabupaten Aceh Tamiang adalah salah satu wilayah terparah akibat bencana hidrometeologi ini. Daerah ini sempat terisolir beberapa hari karena di beberaoa ruas jalan tertutup longsor dan air bah. Jumlah warga terdampak di Aceh Tamiang mencapai 310.480 dari 12 kecamatan. Dari jumlah ini sebanyak 278.079 jiwa mengungsi dari tempat tinggal mereka. Jumlah pengungsi terbesar di provinsi Serambi Mekah ini.
Lebih lanjut, Nezar Patria menerangkan, untuk memperkuat akses telekomunikasi di daerah-daerah terdampak, Kemkomdigi telah menyalurkan 20 unit Starlink. Dari total tersebut, enam unit telah dikirim ke Aceh Tamiang dengan kapal Basarnas dan telah diterima langsung oleh Kepala Dinas Kominfo setempat.
Lalu tiga unit lainnya disalurkan untuk Aceh Tengah dan saat ini masih dalam proses pengiriman. Jumlah yang sama, juga dikirim ke Gayo Lues dan Aceh Tenggara. Perangkat tersebut dalam perjalanan menuju lokasi. "Kemudian ada tiga unit ke Bener Meriah ditambah dua unit sudah berada dalam perjalanan lagi ke sana," kata Wamenkomdigi.
Di Kabupaten Pidie Jaya, pemerintah menyalurkan satu unit Starlink dan menambah dua unit tambahan untuk memperkuat layanan telekomunikasi di daerah tersebut. Bireuen juga mendapat satu unit yang langsung diarahkan untuk mendukung kebutuhan konektivitas setempat. Sebanyak dua unit lainnya dibawa ke Lhokseumawe untuk dipasang di Lokop melalui bantuan Danrem Lilawangsa.
Komdigi Bangun Posko dan Media Center
Sementara itu, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) terus memastikan pemulihan konektivitas jaringan serta infrastruktur telekomunikasi di wilayah terdampak banjir dan tanah longsor di Sumatra.
Selain pemulihan teknis, Komdigi juga mendirikan sejumlah Posko sebagai Pusat Informasi dan Media Center untuk mendukung komunikasi darurat dan koordinasi penanganan bencana.
Di Aceh, posko dipusatkan di Gedung Sekretariat Daerah Provinsi Aceh, sementara di Sumatra Barat posko ditempatkan di Komplek Kantor Gubernur Sumbar.
Untuk Sumatra Utara, Posko Komdigi beroperasi di tiga titik, yakni Gedung Kwarda Gerakan Pramuka Sumut, Gelanggang Olahraga (GOR) Pandan Tapanuli Tengah), serta Posko Dukungan Psikososial di Hamparan Perak, Deli Serdang.
Posko tersebut berfungsi sebagai ruang kerja bagi jurnalis, pusat penyelenggaraan konferensi pers, serta titik koordinasi lapangan bagi satuan Komdigi, operator seluler, pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan terkait.
Selain itu, posko menjadi lokasi pemantauan jaringan telekomunikasi oleh Balai Monitoring (Balmon) di tingkat wilayah, sekaligus ruang redaksi bersama untuk penyusunan narasi, informasi publik, dan berbagai konten terkait penanganan bencana. (K. Wisnubroto/Nurul.HP)