Membangun Enam Tingkat Kejujuran

Kontribusi dari Gusti Mahfuz, 09 November 2018 10:25, Dibaca 897 kali.


Jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Kebenaran atau kejujuran adalah sendi yang terpenting bagi berdiri tegaknya masyarakat. Karena hanya dengan kebenaran, dapat terciptanya saling pengertian satu sama lain dalam masyarakat. Tanpa adanya saling pengertian tidak mungkin terjadi tolong-menolong.

Imam Al-Ghazali membagi tingkat jujur sebagai berikut: 1) jujur tingkat pertama adalah kejujuran lisan. Kejujuran ini tidak terjadi kecuali hanya pada berita dan kabar, atau pada sesuatu yang dikandung oleh kabar itu atau pemberitahuannya. “Dan adalah keharusan bagi setiap orang untuk menjaga kata-katanya, maka hendaklah dia tidak berbicara kecuali dengan jujur dan benar”; 2) jujur tingkat kedua adalah jujur di dalam niat dan kehendak. Kejujuran ini menunjuk pada sifat ikhlas, yakni bahwa tiada yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu atau berdiam diri kecuali Allah Ta’ala; 3) jujur tingkat ketiga adalah jujur di dalam azam. Sesungguhnya seorang manusia telah melafalkan azam (niat kuat) untuk beramal. dia berkata kepada dirinya sendiri: “Jika Allah memberiku rejeki dengan harta maka aku akan menshadaqahkan semuanya, atau separuhnya” atau “Jika Allah memberiku kekuasaan maka aku akan berbuat adil dalam memegangnya dan aku tak akan maksiat kepada Allah dengan satu bentuk kedhaliman atau penyimpangan apapun kepada para makhluk”; 4) jujur tingkat keempat adalah jujur di dalam menunaikan azam (niat yang kuat). Karena sesungguhnya seseorang bisa bermurah hati dan dermawan melafalkan azam di dalam suatu kondisi tertentu, kala tiada keberatan apapun di dalam janji dan berazam, sebab beban pada saat itu masih ringan; 5) jujur tingkat kelima adalah jujur di dalam amal. Kejujuran ini diwujudkan dengan bersungguh-sungguh dalam beramal, sehingga amalan dilahirnya tidak menampakkan sesuatu yang ada di dalam batinnya, dia tidak bisa disifati dengan zahirnya; dan 6) jujur tingkat keenam adalah kejujuran yang paling tinggi tingkatannya dan paling mulia, yakni jujur dalam menegakkan agama. Jujur di dalam rasa takut, kerelaan, tawakal, kecintaan dan seluruh perkara agama.

(Baca Juga : Disbudpar Kalteng Usul Dua Cagar Budaya Kalimantan Tengah ke Peringkat Nasional)

Pembiasaan untuk berlaku jujur secara terus-menerus sehinga menjadi karakter, memerlukan waktu dan proses pembelajaran. Pendidikan karakter dapat dioptimalkan melalui perkembangan seluruh dimensi peserta didik, yakni: kognitif, fisik, sosial-emosi, kreativitas, dan spiritual. Pendidikan dengan model seperti ini berorientasi pada pembentukan peserta didik seutuhnya. Kualitas peserta didik menjadi unggul tidak hanya dalam aspek kognitif, tetapi juga dalam karakter. Peserta didik yang unggul dalam karakter akan mampu menghadapi segala persoalan dan tantangan dalam hidupnya.

Karakter dapat dibentuk melalui pendidikan karakter sebagai suatu adalah proses transfer watak atau kepribadian dalam menanamkan nilai atau watak kepada seseorang. Mansur Muclich menjelaskan pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, baik terhadap Tuhan YME, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan, sehingga menjadi insan kamil. Implementasi pendidikan karakter di sekolah dikembangkan melalui pengalaman belajar dan proses pembelajaran yang bermuara pada pembentukan karakter dalam diri peserta didik. Pendidikan karakter dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran.

Bahkan, pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional. Salah satu pendidikan karakter adalah kejujuran berarti penanaman nilai atau watak jujur kepada seseorang. Jujur merupakan sebuah karakter yang dianggap dapat membawa bangsa ini menjadi bangsa yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Jujur dimaknai dengan lurus hati, tidak curang. Selain itu, jujur sering dimaknai adanya kesamaan antara realitas (kenyataan) dengan ucapan. Artinya, apa adanya. (syatkmf)

Peserta didik, aparatur, masyarakat atau siapa saja yang ditanamkan kejujuran termasuk golongan akhlak mahmudah. Jujur artinya kesesuaian sesuatu dengan kenyataannya yang sesungguhnya. Ini tidak saja berupa perkataan, tetapi juga perbuatan sebagai rangkaian dari pendidikan karakter. Di dalam dunia pendidikan, peserta didik di masa depannya akan terhindar dari korupsi dan bisa menjadi pemimpin yang lebih mengedepankan rakyatnya, sehingga bisa menjadi pemimpin yang berakhlak mulia, jujur, bertanggung jawab. (syatkmf)

Gusti Mahfuz

Merupakan salah satu kontributor di Multimedia Center Provinsi Kalimantan Tengah.

Berita Lainnya
Berita Terbaru
Radio Corner

Facebook