Kebangkitan dalam Ukhuwah Kebangsaan

Kontribusi dari Gusti Mahfuz, 19 Mei 2019 18:26, Dibaca 63 kali.


Peringatan Hari Kebangkitan Nasional tanggal 20 Mei 2019 kali ini diselenggarakan dalam suasana bulan Ramadan. Tujuan peringatan 111 tahun Kebangkitan Nasional untuk terus memelihara, menumbuhkan, dan menguatkan jiwa nasionalisme kebangsaan kita sebagai landasan dasar dalam melaksanakan pembangunan, menegakkan nilai-nilai demokrasi berlandaskan moral dan etika berbangsa dan bernegara, mempererat persaudaraan untuk mempercepat terwujudnya visi dan misi bangsa kita ke depan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tahun ini telah 111 tahun kebangkitan untuk membina persatuan bangsa dalam kondisi kemajemukan bahasa, suku, agama, dan budaya.

Kebangkitan dalam ukhuwah berkaitan dengan hubungan pertalian antara sesama manusia serta hubungan kekerabatan yang akrab di antara mereka. Berkenaan dengan hal tersebut adanya konsep ukhuwah kebangsaan (ukhuwah wathaniyyah) dapat dilakukan. Ukhuwah yang dimaksud saudara dalam arti sebangsa, walaupun tidak seagama. Ukhuwah kebangsaan memiliki empat kunci utama dalam membangun. Pertama, bahwa membentuk pranata sosial masyarakat itu haruslah elektif dan fleksibel, artinya faktor kultur, demografi, dan geografi suatu masyarakat sangat mempengaruhi strategi pembentukan masyarakat. Kedua, sikap pemaaf terhadap pelaku kejahatan sosial guna membangun masyarakat baru haruslah dijunjung tinggi dengan mengesampingkan perubahan revolusioner yang justru akan memakan korban harta dan nyawa yang tidak terhitung. Ketiga, semua perilaku dan perubahan sosial politik dalam pembentukan masyarakat harus dilandasi upaya kompromi dan rekonsiliasi melalui musyawarah mufakat, sehingga tercipta demokratisasi. Keempat, para pelaku yang terlibat dalam proses pembentukan masyarakat haruslah memiliki landasan moralitas (Departemen Agama RI, 2002).

(Baca Juga : Pemertahanan Budaya melalui FBIM)


Berkenaan dengan itu, Shihab (1996) menjelaskan ukhuwah pada mulanya berarti persamaan dan keserasian dalam banyak hal. Persamaan dalam keturunan mengakibatkan persaudaraan, persamaan dalam sifat-sifat juga mengakibatkan persaudaraan. Ukhuwah diartikan sebagai setiap persamaan dan keserasian dengan pihak lain, baik persamaan keturunan dari segi ibu, bapak, atau keduanya, maupun dari persusuan, juga mencakup persamaan salah satu dari unsur seperti suku, agama, profesi, dan perasaan. Meskipun adanya perbedaan agama tetapi karena satu masyarakat, sebangsa dan setanah air, ukhuwah harus tetap ada. Madjid (2002) mengungkapkan bahwa beberapa ciri mendasar dari ukhuwah masyarakat madani yang dibangun oleh Nabi Muhammad saw. antara lain: (1) egalitarianisme; (2) penghargaan kepada orang berdasarkan prestasi, bukan kesukuan, keturunan, ras, dan sebagainya; (3) keterbukaan partisipasi seluruh anggota masyarakat yang aktif; (4) penegakan hukum dan keadilan; (5) toleransi dan pluralisme; serta (6) musyawarah.


Masyarakat memiliki struktur yang terdiri dari elemen-elemen yang relatif kokoh yang berintegrasi antara yang satu dan yang lain dengan baik. Pada dasarnya setiap individu dalam sebuah masyarakat dapat saling bekerja sama dan saling melengkapi. Mereka pun diharapkan dapat mengaktualisasikan tugas sesuai fungsinya masing-masing, sehingga sistem yang dibangun akan berjalan dengan baik. Seiring dengan tema peringatan 111 tahun Kebangkitan Nasional adalah Bangkit untuk Bersatu. Bersatu dalam ukhuwah insaniah menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan martabat kemanusiaan untuk mencapai kehidupan yang sejahtera, adil, damai dalam kehidupan berbangsa. Semua pemeluk agama dalam kehidupan bermasyarakat dapat berjalan sesuai dengan fungsinya. Adanya ukhuwah dapat mempersatukan serta menjadikan hidup lebih toleran antara sesama, toleran antara sesama muslim begitu juga toleran antara muslim dan nonmuslim.(syatkmf)

Gusti Mahfuz

Merupakan salah satu kontributor di Multimedia Center Provinsi Kalimantan Tengah.

Berita Lainnya
Berita Terbaru
Radio Corner

Facebook