Trauma Healing Korban Bencana Kebakaran

Kontribusi dari Iin Carolina, 05 April 2019 20:42, Dibaca 19 kali.


MMCKalteng, Palangka Raya - Musibah kebakaran yang terjadi pada Sabtu (30/3/2019) dini hari di komplek Rindang Banua Puntuk Kelurahan Pahandut menyisakan kesedihan mendalam bagi korban kebakaran. Kehilangan harta benda akibat kebakaran menyisakan duka dan sedih yang mendalam.

Aktivitas keseharian yang tadinya aman dan nyaman berubah karena mereka harus pindah atau mengungsi ke tempat lain sementara waktu. Kondisi yang berubah - ubah ini dapat menimbulkan tekanan, kecemasan bahkan trauma. Bila berkelanjutan dan tidak ditangani dapat berujung pada gangguan psikologis seperti depresi.

(Baca Juga : SOPD Diminta Tindaklanjuti Tawaran Program Kotaku)

Oleh karena itu pekerja sosial ikut andil dalam kegiatan pelayanan dan bimbingan psikososial bagi anak - anak korban kebakaran yang diselenggarakan oleh Polres Palangka Raya, Ikatan Psikolog Indonesia, Emergency Respon dan beberapa relawan lainnya Kamis (4/4/2019).

Dalam kegiatan tersebut, sekitar 80 orang anak diajak bermain dengan beragam teknik permainan untuk mengatasi trauma anak antara lain bermain pasif, bermain aktif motorik halus, dan bermain aktif motorik kasar yang bertujuan agar dapat mengeluarkan perasaan sedih di alam bawah sadar mereka.

Anak diberi kesempatan untuk berbicara mengenai perasaan dan pengalaman yang mereka alami terkait dengan musibah yang dialami melalui bercerita, menggambar, menulis, dan melakukan permainan.

Kegiatan ini terlihat sederhana, namun mampu memfasilitasi anak untuk menyuarakan perasaan dan harapannya. Bahkan ketika anak-anak ditanya apa yang mereka tidak sukai, banyak dari mereka yang menuliskan ” kebakaran”, dan ketika ditanya apa yang paling mereka sukai, seorang anak menuliskan “bermain bersama keluarga”.Di akhir kegiatan, anak-anak diberikan bantuan perlengkapan mandi dari Polres Palangka Raya.

Menurut Pekerja Sosial Ayub Daud, pihak yang paling rentan mengalami trauma akibat bencana adalah anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena mereka belum memiliki kapasitas yang memadai dalam mengontrol emosi dan menyelesaikan masalah secara adaptif.

“Kita harus peka, mungkin tampak dari luar terlihat baik, tetapi belum tentu perasaannya, pemberian pelayanan psikologis yang intensif bagi korban bencana dapat mencegah timbulnya depresi dan meningkatkan ketahanan sehingga kelak mereka menjadi lebih tangguh menghadapi masalah” jelasnya.

Pemulihan trauma bukanlah hal yang instan. Saat kegiatan psikososial telah dilakukan, bukan berarti semuanya telah berakhir, masih diperlukan kegiatan serupa sambil dilakukan monitoring dan evaluasi agar program pemulihan trauma dapat mencapai hasil yang signifikan, yaitu terwujudnya kesejahteraan psikologis pada korban bencana. (MC Isen Mulang)

Iin Carolina

Merupakan salah satu kontributor di Multimedia Center Provinsi Kalimantan Tengah.

Berita Lainnya
Berita Terbaru
Radio Corner

Facebook