Pembentukan Karakter Sukses

Kontribusi dari Gusti Mahfuz, 15 Januari 2019 14:17, Dibaca 625 kali.


Bisa karena terbiasa dan biasa karena pembiasaan. Kalimat tersebut dapat diaplikasikan untuk meraih kesuksesan. Kesuksesan bisa menjadi hasil akhir yang ingin dicapai setiap individu dalam perjalanan kehidupannya. Jika dikaitkan dengan tipe individu saat memandang kesuksesan, ada tipe pemalas, tipe penonton, tipe pengikut, atau tipe pemenang. Semua tipe tersebut sama-sama menginginkan kesuksesan, misalnya tipe pemalas juga ingin sukses namun tidak mau bekerja keras, begitu juga dengan tipe penonton. Berbeda dengan tipe pengikut, tipe ini ingin meraih sukses, tetapi belum mampu mewujudkan karena belum memiliki hasrat, keinginan, dan kemauan yang kuat untuk mencapai kesuksesan. Pilihan selanjutnya tipe pemenang, tipe seperti ini akan dimiliki oleh individu yang mempunyai hasrat, kemauan, dan keinginan yang kuat untuk mencapai kesuksesan.

Kesuksesan dalam pendidikan dapat dikaitkan dengan penempatan pendidikan karakter menjadi unsur pendidikan yang utama. Dalam rencana pembelajaran termuat kompetensi inti berupa sikap religius dan sikap sosial pada semua mata pelajaran. Artinya, ada transformasi nilai-nilai religius dan sosial yang dikembangkan di sekolah. Nilai tersebut diinternalisasikan pada pribadi siswa yang pada akhirnya menjadi jati dirinya. Sikap religius dan sosial bukan sebagai discursive knowledge, melainkan menjadi practical knowledge.

(Baca Juga : Kelompok Wanita Pengolah Limbah Hasil Perikanan Mendukung Peningkatan Perekonomian dan Pengelolaan Lingkungan Pesisir Kalimantan Tengah )

Berbagai pengamalan siswa yang dijadikan sebagai habituasi akan terbentuk menjadi karakter. Dengan kata lain, sikap religius dan sikap sosial menjadi habituasi anak dalam kehidupan nyata sehari-hari. Selaras dengan Hendrick dan Ludeman dalam Ginanjar (2003) bahwa beberapa sikap religius yang tampak dalam diri siswa seperti: a) kejujuran, rahasia untuk meraih sukses adalah selalu berkata jujur; b) keadilan, salah satu skill mampu bersikap adil kepada semua pihak; c) bermanfaat bagi orang lain, ini menjadi salah satu bentuk sikap religius yang tampak dari diri; d) disiplin tinggi, kedisiplinan tumbuh dari semangat penuh gairah dan kesadaran, bukan dari keharusan atau keterpaksaan; e) keseimbangan, memiliki sikap religius sangat menjaga keseimbangan hidupnya; f) rendah hati, tampak pada sikap yang tidak sombong mau mendengarkan pendapat orang lain dan tidak memaksakan kehendaknya.

Sikap religius mengarah pada suatu keadaan diri seseorang dalam melakukan setiap  aktivitasnya selalu berkaitan dengan agamanya. Ini menjadi cerminan diri atas ketaatan terhadap ajaran agama yang dianutnya. Metode dapat digunakan dalam mendidik sikap religius siswa diantaranya: a) metode keteladanan adalah metode influitif yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk moral spiritual dan sosial anak, b) metode pembiasaan adalah suatu cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak berpikir, bersikap, bertindak sesuai dengan ajaran agama, c) metode nasihat merupakan metode yang digunakan dalam rangka menanamkan keimanan, mengembangkan kualitas moral meningkatkan spiritual siswa, d) metode memberi perhatian ini berupa pujian. Metode ini bisa diartikan metode yang bisa membuat hati siswa merasa senang dan nyaman, e) metode cerita adalah suatu cara mengajar dengan cara meredaksikan kisah untuk menyampaikan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya.

Pembentukan karakter dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap ini terbentuk dalam hubungannya dengan suatu objek, orang, kelompok, lembaga, nilai, melalui hubungan antarindividu, hubungan di dalam kelompok, komunikasi dari media sosial, media cetak, dan media elektronik yang mempengaruhi sikap siswa. Proses pembentukan karakter melalui tahapan untuk membentuk sifat seseorang menjadi lebih baik. Proses tersebut tidak bisa dilakukan secara langsung, tetapi harus bertahap agar kesuksesan yang ingin dicapai berjalan secara maksimal sesuai dengan yang diinginkan. Tahapan dapat dilakukan dengan pengenalan, pemahaman, pengulangan atau pembiasaan, dan pembudayaan sikap berkarakter. Sebuah karakter akan menjadi sangat kuat saat diri sendiri dan lingkungan yang terdekat banyak memiliki peranan dalam pembiasaan sikap berkarakter dalam kehidupan. Pembudayaan karakter akan melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan sehari-hari.(syatkmf)

Gusti Mahfuz

Merupakan salah satu kontributor di Multimedia Center Provinsi Kalimantan Tengah.

Berita Lainnya
Berita Terbaru
Radio Corner

Facebook