Ibu Pejuang Anak

Kontribusi dari Gusti Mahfuz, 27 Desember 2018 07:52, Dibaca 105 kali.


Pidato Djami (Organisasi Darmo Laksmi) berjudul iboe berisi “Tak seorang akan termasyhur kepandaian dan pengetahuannya yang ibunya atau perempuannya bukan seorang perempuan yang tinggi juga pengetahuan dan budinya”. Artinya adalah tidak akan berhasil seorang anak jika ibunya tidak memiliki pengetahuan dan budi yang baik. Seorang ibu yang pintar dan cerdas akan memiliki modal besar untuk menjadikan anaknya pintar.

Teringat tentang perjuangan Siti Hajar yang berusaha mencari air ketika anaknya, Ismail, yang sedang menangis kehausan di tengah gersangnya gurun pasir. Pengalaman ini mengisyaratkan kepada kita bahwa berjuang dan bekerja keras dalam mengarungi hidup ini dapat dilakukan oleh seorang ibu untuk mewujudkan kesuksesan anaknya dalam kehidupan.

(Baca Juga : Peranan Penting Perpustakaan Dalam Proses Pendidikan)

Selaras dengan lirik lagu dari Iwan Fals berjudul Ibu digambarkan dengan kalimat ribuan kilo jalan yang kau tempuh, lewati rintang untuk aku anakmu, ibuku sayang masih terus berjalan, walau tapak kaki penuh darah, penuh nanah. Perjuangan ibu mulai dari mengandung, melahirkan, menyusui, membesarkan dan mendidik anak. Ibu sebagai guru sejati dan selalu akan melewatkan masa-masa emas bersama anak untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anaknya. Ibu mengajari anaknya berbicara, merangkak, berjalan hingga anaknya berlari. Ibu mendampingi anak untuk berlari menggapai cita-cita.

Ibu menjadi orang terdekat bagi anaknya. Ibu telah memiliki pengetahuan tentang sifat, sikap, kompetensi anak, hobi, minat, dan bakat anaknya. Hal tersebut akan menjadi modal utama ibu untuk mendekati, mengarahkan, dan menuntun anaknya agar dapat melewati perjalanan ke depannya dalam meraih keinginan anak. Modal mengenai kemampuan anak dapat dipakai oleh ibu, sehingga motivasi, bimbingan, dan arahan kepada anak tepat sasaran. Tujuannya supaya anak terbantu untuk menjalankan apa yang diinginkannya.

Untuk meraih pendidikan, karir, pekerjaan, dan usaha secara mandiri nantinya, ibu selalu berdoa jika anaknya besar nanti, anaknya akan menjadi anak yang sukses. Seorang anak yang meniti jalan pendidikan sampai sukses mendapatkan pekerjaan ada yang lancar, ada juga sebaliknya. Namun, seorang ibu selalu berupaya keras mendampingi anak dalam menggapai harapan masa depannya. Verauli, psikolog anak, remaja, dan keluarga, memberi arahan pada saat mendampingi anak dengan cara berikut. Pertama, ketahui cita-cita anak. Ibu dapat bertanya kepada anak “Ingin jadi apa ia saat kelak dewasa? Pertanyaan selanjutnya Apa yang ingin dia capai dari cita-cita yang disebutkan tadi? Setelah mendapatkan jawaban awal selanjutnya ibu dapat memahami apakah yang diimpikan anaknya tersebut realistis atau tidak. Kedua, memahami anak. Ibu selalu berusaha memahami anak, khususnya bagi anak masih berusia di bawah 7 tahun yang di era digital. Selanjutnya anak usia 12-17 yakni usia yang labil dan sangat rentan terpengaruh hal yang baik atau tidak. Usia tersebut sangat perlu bimbingan seorang ibu. Tingkah dan perilaku anak tentu berbeda dengan anak yang lahir pada era sebelumnya. Anak lebih mudah beradaptasi dengan perubahan yang cepat, terbuka pada proses learning dan re-learning, dan biasanya anak yang lahir pada era ini memiliki keahlian dan keterampilan yang spesifik. Ketiga, memberikan contoh yang baik. Ibu sebagai sosok yang penting dalam kehidupan anak. Ibu dapat menunjukkan sikap optimis di hadapan anak agar mereka bisa meniru dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Keempat, temani dan bimbing anak saat berjuang. Ketika anak sedang berjuang mencapai keinginan dan cita-citanya, ada juga anak yang ingin menyerah karena sulit menghadapi tantangan yang dihadapi. Jika hal tersebut terjadi, ibu harus segera memotivasi dan memberi arahan agar anak berpikir positif. Selanjutnya, diteksi kesulitan yang sedang dialami anak. Untuk selanjutnya membimbing anak dengan mencari solusi dalam menghadapi kesulitan. Akhirnya ibu dan anak berkomunikasi untuk menyusun kembali strategi ke depannya.

Lakukanlah kesempatan menjadi seorang ibu yang selalu berjuang demi kebahagiaan anaknya. Ibu akan mencintai anaknya seribu tahun lagi bahkan lebih. Ibu selalu mampu memikirkan dan menentukan pilihan yang tepat bagi anaknya. Nikmat yang tidak akan lagi anak rasakan ketika ibu telah tiada adalah doa mereka. Doa-doa itulah yang melindungi, menjaga dan menyelamatkan, serta mempermudah jalan anak meraih sukses. (syatkmf)

Gusti Mahfuz

Merupakan salah satu kontributor di Multimedia Center Provinsi Kalimantan Tengah.

Berita Lainnya
Berita Terbaru
Radio Corner

Facebook