Stop Stigma Negatif Penyintas COVID-19

Kontribusi dari Rikah Mustika, 14 November 2020 10:48, Dibaca 10 kali.


COVID-19 yang sedang marak terjadi di seluruh dunia hingga saat ini telah mendorong banyak pihak untuk berjuang bersama guna mengakhiri penyebaran COVID-19 ini. Corona Virus Disease – 19 atau yang lebih dikenal dengan COVID – 19 telah masuk di Indonesia sejak awal tahun tepatnya pada bulan Maret 2020.

Penyebaran di Indonesia yang tergolong sangat cepat saat itu menjadikan tenaga kesehatan sebagai garda terdepan membantu pemerintah dalam upaya menangani penyakit tersebut bahkan hingga saat ini. Berbeda dari hari-hari sebelumnya, COVID-19 telah membuat para tenaga medis seperti dokter dan perawat dimanapun untuk bekerja lebih ekstra dalam menangani pasiennya di rumah sakit.

(Baca Juga : Bundaran Besar Kota Palangka Raya Segera Direnovasi)

Salah satu tenaga kesehatan yang bertugas dalam menangani kasus COVID-19 adalah dr. Theodorus Sapta Atmadja. Ia adalah salah satu dokter yang bertugas di RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah. Dalam upaya menangani dan mencegah penularan COVID-19, dr. Theo telah bertugas aktif sejak awal pandemi ini masuk di Indonesia khususnya di Provinsi Kalimantan Tengah. Perjuangan yang dihadapi dr. Theo dan tenaga kesehatan lain di lapangan tidaklah mudah. Bukan hanya tanggung jawab besar yang dimilikinya, ia dan rekan-rekan tenaga kesehatan di lingkungan kerjanya memiliki resiko yang sangat tinggi tertular COVID-19.

Pada tanggal 27 September 2020, dr. Theo dinyatakan positif COVID-19 setelah menjalani pemeriksaan tes PCR. Sebelum itu, ia telah melakukan beberapa pemeriksaan seperti anamesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya seperti rontgen dan pemeriksaan darah. Sebagai salah satu orang yang terpapar COVID-19 saat itu, dr. Theo tidak berkecil hati. Ia segera memilih untuk melakukan isolasi di lingkungan RSUD Doris Silvanus.

Selama menjalani isolasi, alumnus FK Unika Atma Jaya Jakarta ini mengaku bahwa ia sangat bersemangat untuk sembuh. Menurutnya, rasa semangat justru dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuhnya. Ia pun tetap mematuhi setiap anjuran yang diberikan tenaga medis yang menanganinya seperti beristirahat yang cukup, minum obat teratur dan makan makanan yang bergizi seperti buah-buahan.

Berada di ruangan isolasi justru tidak membatasi dr. Theo untuk tetap menjalankan tugas dan kewajibannya. dr. Theo yang hingga saat ini menjabat sebagai Wakil Direktur Pendidikan dan Kemitraan RSUD Doris Sylvanus dan juga menjabat sebagai plt. Direktur RSJ Kalawa Atei mengatakan bahwa kondisi yang sedang dialaminya jangan sampai memperlambat dan menghalangi upaya pencegahan COVID-19 di Kalimantan Tengah.

“Musuh terberat saat menjalankan isolasi adalah kejenuhan,” tuturnya. Ia mengisi waktu dengan memberikan kesaksian, beribadah secara daring dan berolahraga secara mandiri di ruang isolasi.

Ketekunan yang dimiliki dr. Theo dalam mematuhi setiap anjuran ketika sedang berada di ruang isolasi pun berdampak baik. Tepatnya tanggal 7 Oktober 2020 ia dinyatakan sembuh dari COVID-19. Meski dikatakan sebagai orang yang telah sembuh dari paparan COVID-19 (penyintas) ia tetap menjalankan protokol kesehatan bahkan lebih ketat dari yang sebelumnya. Kini dr. Theo sudah kembali menjalankan tugas dan kewajiban seperti biasanya.  Ia kembali bertugas di garda terdepan dalam penanganan dan pencegahan penyebaran COVID-19 bersama rekan-rekannya.

Memperingati hari Pahlawan di tahun ini sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Hal itu karena munculnya pandemi COVID-19 yang sangat meresahkan. Hari Pahlawan pada masa sekarang tidak hanya untuk memperingati perjuangan kemerdekaan Indonesia dari penjajah. Bagi dr. Theo sendiri, hari pahlawan dapat dimaknai dengan bersama-sama berjuang memutus rantai penyebaran COVID-19.

Satu-satunya kunci untuk memutus penyebaran COVID-19 adalah dengan mematuhi protokol kesehatan dengan ketat, seperti menggunakan masker, mencuci tangan dengan benar, menjaga jarak saat sedang berada di luar rumah dan di tengah keramaian. Selain itu juga, ia menuturkan bahwa menjadi pasien yang jujur saat diperiksa oleh tenaga kesehatan juga sangat membantu dalam upaya pencegahan penyebaran COVID-19 yang hingga saat ini masih dilakukan. Pasien diharapkan tidak sungkan untuk menyampaikan apabila mengalami hal-hal yang tidak biasa seperti demam, merasakan sesak dan mengalami gangguan pernafasan ketika diperiksa tenaga kesehatan.

Sebagai salah satu penyintas COVID-19, dr. Theo juga berpesan kepada seluruh masyarakat untuk tidak mengucilkan penderita COVID-19 dan keluarganya.

“COVID-19 bukan penyakit yang tabu”, terang dr. Theo. COVID-19 adalah penyakit yang dapat tertular dari droplet penderita yang menempel pada benda-benda di sekitar kita atau melalui kontak langsung dengan penderita COVID-19. Hal ini dapat terjadi pada siapapun tanpa kita ketahui secara langsung. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan untuk tidak mengucilkan penderita COVID-19 justru harus mendukung agar penderita tetap semangat untuk segera sembuh.

Dinyatakan sembuh dari COVID-19 tidak menutup kemungkinan bahwa penyintas dapat terpapar kembali. Meskipun antibodi telah terbentuk di dalam tubuhnya, pada saat ini justru dr. Theo tetap menjalankan protokol kesehatan bahkan lebih ketat dari sebelumnya. Dikatakan secara teori bahwa 14% kemungkinan penyintas COVID-19 yang sebelumnya sudah pernah sembuh dari COVID-19 dapat terpapar kembali meskipun belum ada penelitian lebih detail mengenai teori tersebut. Untuk itu, dr. Theo menambahkan, dengan tetap menjalankan protokol kesehatan yang ketat, menjaga imunitas tubuh, tidak lupa beribadah, dan tetap bersemangat untuk sembuh sangat membantu dalam upaya untuk sembuh serta memutus rantai penyebaran COVID-19. (Ari)

Rikah Mustika

Merupakan salah satu kontributor di Multimedia Center Provinsi Kalimantan Tengah.

Berita Lainnya
Berita Terbaru
Radio Corner

Facebook